Mohon tunggu...
Tuangkan Renung
Tuangkan Renung Mohon Tunggu... Insinyur - RENUNGAN YANG TERTUANG

Tak semua renung bisa terucap, tertulis renungan sederhana untuk mengenal arti hidup & jujur terhadap rasa. Tentang Rasaku.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Yogyakarta Penuh Rindu dan Candu

27 Maret 2022   05:16 Diperbarui: 27 Maret 2022   06:27 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta masih penuh rindu dan candu meski sempat terpatahkan.

Mengapa Yogyakarta begitu menghadirkan rindu dan candu ?

Kota yang penuh dengan rasa rindu dan candu bagi saya, Yogyakarta. Kota impian saya, saat saya masih sekolah dasar adalah kelak dapat bertumbuh, kemudian banyak beraktivitas saat saya dewasa, berada di kota Yogyakarta. Nama besar sebuah Universitas negeri di sana begitu memikat penuh sihir membawa harapan dan impian untuk kemudian memutuskan memiliki cita melanjutkan jenjang pendidikan di sana. Saat itu saya masih sekolah dasar, kelas 3 SD tepatnya. Universitas Gadjah Mada, masuk pada daftar cita impian saya.

Saya belum pernah berkunjung khusus ke kota Yogyakarta saat saya memasukkan kota ini kedalam daftar mimpi masa depan saya. Kemudian enam tahun berikutnya barulah saya berkesempatan ke kota Yogyakarta. 

Saat itu kelas 3 SMP. Dari sekolahan, memiliki agenda rutin untuk siswa kelas 3 SMP mengadakan acara kebersamaan ke luar kota. Disanalah pertama kalinya saya menginjakkan kaki pada tanah kota Yogyakarta. Menghirup udara Yogyakarta pertama kalinya secara langsung. Menarik nafas dalam - dalam teriring penuh doa dan harap mimpi saya dapat terwujudkan.

Kisah cinta pertama saat berada di Yogyakarta, semakin membuat candu.

Saat itu juga (mungkin) cinta pertama saya dimulai. Seorang laki - laki yang masih satu kelas dengan saya, menyatakan perasaannya. Ingat sekali saya kejadian itu. Kemudian saya tidak menjawab ungkapan perasaannya, sebab saya juga tidak mengetahui harus merespon seperti apa. Kalau senang, ya saya senang. 

Sebab ia memang menyenangkan, lucu dan menghibur sekali, tak kalah juga ia manis dan tatapan matanya bagi saya cukup meneduhkan (astaga, anak SMP sudah terpikir tatapan mata yang meneduhkan). Bertepatan memang saya menyukai tipe laki - laki yang manis, sorot mata yang tak biasa (ini agak sulit saya detailkan ya,) dan juga penggemar laki - laki dekil. Ha ha ha!

Saya diajak mengelilingi kota Yogyakarta, naik becak! Namun, apakah sebenarnya ia adalah cinta pertama saya? Ya, sepertinya demikian. Meski saya tidak merespon kembali dengan lugas dan jelas ungkapan perasaannya, sebab saya sangat khawatir jika saya respon kemudian akan ada sebutan pacaran dan  jadian. Ini horror sekali bagi saya saat itu. Kejadian cinta monyet (katanya) saat itu semakin menambah daftar kenangan saya di Yogyakarta. Pertama kalinya ke Yogyakarta dan pertama kalinya juga ada laki - laki yang mengungkapkan perasaannya langsung di Yogyakarta.

Entah bagaimana, setiba di Bandung, angin kota Yogyakarta yang sempat saya hirup, masih menyisakan aroma khas yang sayapun tidak dapat mendeskripsikannya. Aroma kerinduan, ingin kembali ke sana. Bahkan semakin memperkuat impian saya untuk bertumbuh dewasa di sana. Memang Yogyakarta begitu istimewa, penuh rindu dan candu. Menyebalkan sekali!

Perjuangan awal menujumu, Yogyakarta.

Berupaya terus untuk mengikuti pelajaran demi pelajaran di Sekolah, fokus terus meraih sebaik mungkin prestasi supaya tidak mengecewakan kedua orang tua. Berlanjut mulai mengerucut akan tujuan cita kedepan, berharap dapat melanjutkan jenjang pendidikan di UGM. Kemudian mulai memikirkan penjurusan apa yang sekiranya pas untuk saya. 

Sebab informasi yang saya ketahui dari kakak saya, kalau kita sudah punya cita masa depan ke sebuah perguruan tinggi, sambil berjalan mulai memikirkan penjurusannya, supaya tidak bingung saat sudah lulus SMA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun