Mohon tunggu...
Tsalats Ghulam Khabbussila
Tsalats Ghulam Khabbussila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa di S1 Manajemen dan Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Karyawan Harus WFH, Perusahaan Bisa Apa?

15 Mei 2020   19:46 Diperbarui: 16 Mei 2020   05:31 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masa pandemi Covid-19 mengubah banyak perilaku manusia. Salah satu perilaku yang berubah adalah perilaku bekerja. Pekerjaan di masa yang lalu banyak yang mengharuskan karyawan untuk mendatangi tempat bekerja dan mulai melakukan tugasnya. 

Namun, dalam krisis pandemi perilaku berkumpul dalam suatu tempat dibatasi untuk menghambat penyebaran virus. Kebijakan pemerintah mengharuskan karyawan untuk melakukan Work From Home (WFH). WFH sendiri menjadi satu langkah yang paling logis dimana daya perusahaan menurun namun tetap ingin melanjutkan usahanya tanpa pemberlakuan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). 

Kebijakan WFH sendiri memang sangat membantu dimasa krisis Covid-19 ini, perusahaan ingin melanjutkan usahanya dan karyawan ingin tetap mendapatkan penghasian untuk kecukupan individu/keluarga. Namun, pemberlakuan WFH tidak terlepas dari kesulitan dan tantangan yang dihadapi. Kesulitan dan tantangan tersebut muncul dari perusahaan maupun karyawan itu sendiri, antara lain :

  • Produktivitas

Produktivitas pegawai menjadi isu utama apakah pegawai akan tetap dapat memenuhi tuntutan tugas yang diberikan oleh perusahaan. Remote Worker (pekerja jarak jauh) dalam masa pandemi memiliki kebutuhan yang berbeda dengan saat mereka bekerja secara tradisional di kantor. Peran perusahaan khususnya departemen sumber daya manusia adalah untuk memastikan produktivitas mereka. 

Dilansir dari uschamber.com perusahaan perlu untuk untuk melakukan manajemen terhadap karyawan WFH secara intens, kuat emosional dan memberikan support yang menenangkan. Manajer dapat mendukung karyawan dengan memberikan jam kerja maya atau yang disepakati bersama. Manajer akan dapat memberikan support emosional lebih dengan dapat lebih mudah "dijangkau" ketika jam kerja. 

Arti kata dijangkau adalah manajer harus ada mendampingi karyawan meskinpun lewat chat dan memberikan dukungan terhadap karyawan. Karyawan yang merasa dekat dengan manajer nantinya tidak mersa sendirian dalam bertugas juga mendapatkan motivasi dan semangat yang lebih baik. 

Peran manajer juga akan lebih baik jika manajer dapat menjembatani ikatan informal diluar pekerjaan diantara karyawan. Karyawan yang memiliki ikatan baik dengan karyawan lain akan membentuk lingkungan yang mendukung untuk mencapai produktivitas yang baik.

Produktivitas juga dapat ditingkatkan oleh karyawan itu sendiri. Melaksanakan rutinitas pagi/sebelum bekerja yang identik saat bekerja normal akan membantu meningkatkan produktivitas dan semangat. Seseorang yang terlau lama berada di ruah namun masih melaksanakan tugas pekerjaan mungkin bisa merasakan bias atau rancu akan prioritas yang ingin dicapai. 

Oleh karena itu, maka melaksanakan rutinitas seperti biasa akan membuat seseorang itu tidak mengalami bias saat di rumah. Untuk mendukung rutinitas tersebut dilansir dari Harvard Business Review tulisan dari Laura & Vanessa menyebutkan bahwa penampilan juga memiliki arti penting. 

Dengan berpakaian saat seperti sedang bekerja akan membuat mental karyawan tersebut tetap baik. Perlu adanya pembedaan karakter sosial dan fisik saat bekerja dengan keseharian di rumah. Memakai setelan bekerja saat WFH juga akan sangat membantu apalagi saat ada rapat atau video call dengan kolega. Batas antara ruang "rumah" dan pekerjaan lebih baik terpisah agar tidak saling mengganggu.

  • Gaji

Dilansir dari detikfinance 2/04/2020 Sekjen Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno menyebut bahwa agen travel merugi hingga lebih dari Rp 4 triliun hingga februari 2020. Dengan adanya kerugian di perusahaan maka karyawan Pauline mendapatkan pemotongan gaji sebesar 50%. 

Di halaman yang sama Kementerian Ketenagakerjaan belum bisa menentukan sikap atas kondisi ini. Pihaknya menyebut bahwa dalam kondisi "tidak normal" saat ini kementerian harus berhati-hati dalam membuat langkah keputusan. 

Di luar dari persoalan tersebut perusahaan mau tidak mau juga harus melakukan pemotongan gaji tersebut untuk terus mampu menggiatkan usaha mereka. Yang perlu dipahami bahwa perusahaan dan karyawan memiliki hak dan kewajiban yang berhubungan sehingga dalam penentuan upah pun kedua pihak ini harus paham dan menerima situasi. 

Untuk penyesuaian pemotongan gaji maka perusahaan juga harus mempertimbangkan beban kerja terhadap karyawan seperti dengan pengurangan jam kerja, keleluasan rentang waktu bekerja, maupun peringanan kuantitas/bobot tugas.

  • Presensi

Presensi yang dilakukan setiap masuk dan pulang kantor dalam rutinitas biasa tidak akan efektif jika diterapkan dalam konsep WFH. Penulis lebih setuju jika presensi kehadiran karyawan diubah menjadi presensi tugas karyawan. 

Dengan adanya presensi kehadiran karyawan akan menimbulkan efek bahwa kehadiran harus dilakukan sebagai syarat terpenuhinya pekerjaan dan gaji agar cair. Padahal maksut dari presensi kehadiran adalah untuk mengontrol karyawan agar tetap disiplin. 

Pergeseran makna yang mungkin terjadi apalagi dengan kondisi WFH saat ini mendorong sistem presensi kehadiran karyawan untuk berubah. Presensi tugas karyawan akan sangat baik dalam mengontrol kinerja karyawan karena memang secara pratis perusahaan akan sulit mengontrol perilaku karyawan saat jam kerja. 

Namun yang menjadi esensi adalah tugas/pekerjaan ang dibebankan karyawan agar dapat tepat sesuai jadwal dan hasilnya baik. Perusahaan dapat membentuk sub-bagian untuk mengawasi presensi tugas ini dan mengontrol kinerja karyawan[a1] .

***

Akhirnya, dalam upaya "bertahan hidup"dalam pandemi ini perusahaan tidak bisa berupaya sendiri melainkan harus bersinergi dengan karyawan. Perusahaan perlu memberikan dukungan baik secara formal maupun informal, mulai dari reward gaji hingga pemberian dukungan mental. 

Sinergi yang dibentuk dengan mengakomodir kepentingan perusahaan dan karyawan untuk tetap menjalankan roda bisnis dan menyambung hidup akan membuat roda perekonomian di Indonesia tetap hidup. 

Akhir kata seluruh unsur dari perusahaan perlu untuk saling bantu agar ketika pandemi Covid-19 berakhir Indonesia tidak akan terpuruk dan mampu bangkit dengan cepat khususnya di sektor ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun