Mohon tunggu...
Tsabit Pattipeilohy
Tsabit Pattipeilohy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka menulis buah pikiran yang terkadang tidak terlalu matang, beberapa busuk dan keasaman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Semua Agama Itu Benar atau Semua Agama Itu Baik?

23 Juni 2022   22:18 Diperbarui: 23 Juni 2022   23:37 1436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada ungkapan yang menyatakan bahwa semua agama itu benar, berdalih karena setiap agama mengajarkan kebaikan. Apakah pernyataan ini salah? Mungkin tidak, bisa juga iya.

Semua agama benar itu salah, semua agama itu baik, tentu iya. Bicara tentang agama bukan sekedar bicara tentang baik dan buruk, agama adalah tentang dogma, iman, dan keyakinan. Baik dan buruk amatlah sangat relatif, lain halnya dengan kebenaran yang statis.

Mari kita perhatikan ilustrasi di bawah ini;

Demi sesuap nasi untukmu, ibumu harus mencuri uang dan menjadi pekerja seks, hal ini ia lakukan karena terpaksa. Suatu ketika ia mencuri dari majikannya (muncikari), uang yang seharusnya ia setorkan terlebih dahulu kepada muncikari, terpaksa ia bawa lari. Karena komisi yang ia dapatkan selama ini masih kurang untuk menghidupkanmu.

Tak terima uangnya dibawa lari, muncikari memerintahkan anak buahnya untuk menangkap ibumu, mengambil uangnya, dan membunuhnya, akibat dari sebuah pengkhianatan.

Dari kasus ini siapa yang benar? Tidak ada.


Seorang ibu yang mencuri tetap salah, kita tidak bisa membenarkan hal itu karena motifnya. Muncikari membunuh juga tetap salah, meski ia melakukan itu demi haknya (uang).

Dari kasus ini siapa yang baik? Relatif.

Ibu itu mencuri, meski sebuah keterpaksaan, akan tetapi baik menurutnya karena ia melakukan itu demi kebaikan anaknya. Mencuri menurutnya adalah sebuah pengorbanan dan kemuliaan, karena apa? Jelas karena untuk menghidupkanmu.

Muncikari membunuh, tentu itu baik menurutnya. Ia rela membunuh demi haknya (uang) dan menurutnya ini adalah hukuman untuk seorang pengkhianat.

Maka jika kita memakai logika seseorang yang menyatakan, "semua Agama itu benar" lantaran terselip hal-hal baik di dalamnya (setiap agama) maka dalam kasus tadi kita tidak akan bisa memutuskan siapa yang salah, karena ia akan terjebak pada relativitas kebaikan. Suatu hal yang tidak bisa diperdebatkan lantaran hal itu merupakan sudut pandang yang subjektif.

"Lalu apakah kita perlu merasa benar?, atau merasa paling benar?" Jawabannya adalah perlu.

Merasa benar itu perlu, memaksakannya (apa yang kita anggap benar) itu tidak boleh, tetapi menyampaikannya tidak mengapa dan bukan masalah. Perlu merasa benar, karena jika tidak lalu mengapa selama ini tetap berada di jalan yang sama?

Sebagai manusia yang hidup dalam masyarakat yang majemuk dan penuh keberagaman, maka sudah seyogyanya kita berlaku toleran dalam kehidupan bermasyarakat dan sosial. Lalu bagaimana dan apa bentuk dari toleransi antar umat beragama?

Iman itu sifatnya final, agama adalah dogma yang tidak bisa ditoleransikan. Tidak mungkin kita mentoleransi keimanan kita atas sesuatu pada keimanan orang lain atas hal lain begitu juga sebaliknya. Yang bisa kita toleransikan adalah sikap sosial. Selain dari itu tidak terlebih dalam hal yang menyangkut peribadatan.

Beragama memiliki konsekuensi, agama memberikan kita tapal-tapal batas untuk tidak kita lewati. Semua agama itu dogma, masuk ke dalamnya menjadikan kita meyakini bahwa kitalah yang terbenar. Dari sini sudah jelas dalam keyakinan tidak ada toleransi. 

Toleransi ada di luar tapal batas itu, di mana kita tidak diperkenankan untuk memaksa seseorang masuk ke dalam agama kita juga tidak mengganggu setiap bentuk peribadatan yang ada. Inilah yang dimaksud saudara dalam kemanusian. Menghormati tidak melulu harus mencampuri urusan orang lain.

Toleransi antar umat beragama ada ketika setiap kelompok/individu memiliki prinsip, jika tidak apa yang ingin ditoleransikan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun