Matematika adalah salah satu dari ilmu pengetahuan atau mata pelajaran, selain Bahasa Indonesia, Sejarah, Sosiologi, dan lain-lain. Entah itu yang dipelajari di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan bahkan sampai pada tingkatan perguruan tinggi (PT).
Matematika itu tentang angka, simbol, huruf, dan lain-lain, yang membuat beberapa orang atau kebanyakkan orang takut dan tidak suka dengan matematika itu. Hal tersebut karena siswa yang tidak paham karena merasa sulit memahami maksud dan tujuan dari angka, simbol, huruf, dan lain-lain tersebut. Termasuk juga bagaimana dan dimana diletakkan angka, simbol, huruf, dan lain-lainnya itu.
Selain karena sifat matematika yang abstrak atau tidak nyata tersebut, berupa angka, simbol, huruf, dan lain-lain, guru matematika juga terkadang ada yang terlihat menyeramkan atau menakutkan.
Hal tersebut dapat kita lihat dari guru-guru saat mengajar terkadang membawa penghapus dari kayu, penggaris panjang, maupun batang kayu ataupun yang lain untuk menghukum atau mendisplinkan siswa.
Itu merupakan salah satu faktor yang membuat siswa tidak suka atau tidak nyaman dengan kegiatan proses belajar dan mengajar matematika di dalam kelas. Itu yang menyebabkan siswa menjadi tidak suka belajar matematika atau dengan kata lain tidak mau belajar matematika.
Pada diri siswa perlu diberikan konsep pembelajar matematika, atau dengan kata lain siswa yang gemar dan suka belajar matematika. Entah itu dengan menggunakan gadget masing-masing siswa dengan cara belajar matematika melalui pencarian di Google, pencarian di Youtube, maupun di berbagai media lain.
Begitu juga dengan cara mengunjungi pasar, taman, maupun lingkungan lain yang mendukung proses belajar mengajar yang baik. Itu karena belajar matematika dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, tanpa ada sekat-sekat yang dapat memisahkan atau membatasi para siswa dan guru.
Selain itu, guna mewujudkan pembelajar matematika itu dapat dilakukan dengan mengajak siswa mengunjungi perpustakaan kota atau kabupaten, perpustakaan di sekitar sekolah, perpustakaan sekolah, maupun bahkan perpustakaan nasional jika dapat dijangkau dengan baik.
Itu guna membuat siswa gemar atau suka membaca, apalagi gemar atau suka membaca buku-buku yang terkait dengan matematika atau buku-buku pelajaran matematika dan buku-buku yang dapat memotivasi siswa supaya semangat dan mau belajar matematika lagi dan lagi. Tanpa mengenal kata bosan atau malas dengan belajar matematika itu.
Sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa dan hasil belajar matematika siswa. Entah itu melalui nilai Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), Ulangan Harian, maupun dari tes-tes yang lain, yang dapat menunjukkan capaian seorang siswa.
Menjadi pembelajar itu dapat kita lihat dari salah seorang putra nias bernama Andrias Harefa yang menulis buku berjudul Menjadi Manusia Pembelajar. Andrias Harefa merupakan salah satu mahasiswa yang lolos ujian masuk ke Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada di Yogyakarta (Harefa, 2012:15).
Universitas Gajah Mada merupakan salah satu universitas yang menduduki peringkat antara 1 sampai 3 di Indonesia atau dengan kata lain merupakan salah satu kampus terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Tempat lahirnya tokoh-tokoh bangsa, termasuk bapak Presiden kita sekarang, yaitu: bapak presiden Joko Widodo yang merupakan lulusan Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gajah Mada.
Andrias Harefa (2012:15) keluar dari Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada karena Andrias Harefa merasa frustrasi karena intelektualitasnya diberangus atau dibredel oleh dosen-dosen yang merasa mempunyai jawaban terhadap hampir semua pertanyaan di bidangnya.
Hal tersebut berarti bahwa dosen-dosen menganggap diri tahu segalanya. Dosen-dosen yang menurut Andrias Harefa dalam bukunya yang berjudul Menjadi Manusia Pembelajar (2012:16) yang tidak menganggap diri tahu segalanya adalah Sudikno Mertokusumo (mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum) dan Koesnadi Hardjasoemantri (mata kuliah Hukum Lingkungan). Kedua dosen tersebut justru mendorong rasa ingin tahu mahasiswa untuk membaca lebih banyak, berani berpendapat, dan tergerak untuk melakukan penelitian lapangan.
Hal tersebut juga yang mungkin merupakan salah satu alasan dari Andrias Harefa sehingga menciptakan istilah pembelajar tersebut. Pembelajar itu merupakan kegiatan orang yang suka belajar atau membaca buku lebih banyak lagi, serta secara terus-menerus atau dengan kata lain secara rutin.
Sehingga istilah pembelajar matematika perlu dilakukan atau dilaksanakan oleh para guru atau pendidik dimana pun tanpa terkecuali. Itu juga dapat mengakibatkan prestasi bangsa kita di tingkat Internasional dapat diharapkan meningkat dan terus-menerus dapat meningkat.
Oleh: Trygu (Try Gunawan Zebua)
Gunungsitoli, 26 Oktober 2021
Biodata Penulis
Try Gunawan Zebua memiliki nama pena sebagai Trygu. Try Gunawan Zebua lahir dan bahkan besar di Kota Gunungsitoli yang terletak di Pulau Nias. Try Gunawan Zebua telah menulis 8 buah buku solo dan lebih dari 20 buah buku antologi. Try Gunawan Zebua dapat dihubungi melalui Telp./WA:081360781116.
Daftar Pustaka
Harefa, Andrias. 2012. Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta : PT Mitra Pembelajar.
https://id.wikipedia.org/wiki/Joko_Widodo
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI