Mohon tunggu...
Yoshua Reynaldo
Yoshua Reynaldo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang : Kristen, Filsuf Stoa amatir, penikmat sejarah era tengah dan modern, dan manusia yang terbiasa menganalisis dan kritis pada banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Ketika Kaum Fanatik Mengajari Ahok Toleransi

22 Oktober 2016   18:20 Diperbarui: 22 Oktober 2016   18:24 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang sudah ditulis oleh Sdr. Elangyk9 dari link yang saya buat, kelompok fundies kembali melakukan polemik dengan argumen yang bisa dibilang dilakukan dengan krisis epistemologi, self-refuting, dan secara keseluruhan, bisa dibilang kocak oleh orang yang cukup jeli dan bukan pasukan cyber terrorist mereka. Ada sebuah so-called 'surat' dari Dr. Gamal Albinsaid, salah satu dokter yang tampaknya mengemban pendidikan di luar negeri (Jerman). 

Anda bisa membaca tulisan lengkapnya di Internet. Suratnya sangat lucu sekali, tampaknya fundie2 yang terkenal suka SARA dan menekan minoritas demi agama mereka mencoba mengajari konsep 'Toleransi' ke Ahok yang liberal secara sosial. Bayangkan, anak dropout kelas IPA  cukup punya malu untuk mengajari Albert Einstein matematika dan rumus fisika atau pengikut Nazi menceramahi ketua Salvation Army tentang konsep kasih dan kepedulian.

Ya, separah itu ketumpulan intuisi mereka, tapi saya secara pribadi tidak menyerang Dr. Gamal Albinsaid, karena yang bersangkutan setahu saya Dokter, bukan Ahli Sosiologi, dan tentu saja, dengan kaum fundies menjadikan Gamal Albinsaid sebagai pahlawan mereka, kita bisa menarik kesimpulan, dokter ini memiliki ideologi yang hampir sama dengan mereka, jadi bisa dimaklumi kalau ia melakukan kesalahan seperti ini. Tapi fair kalau saya menilai tulisan Gamal Albinsaid adalah misleading dan menjauhkan pembaca dan fansnya dari maksud sebenarnya tentang tokoh yang dia kutip sebagai justifikasi 'surat' mereka.

Yang dikutip oleh Gamal Albinsaid adalah Ayaan Hirzi Ali dan Bill Maher, kedua orang ini adalah ateis dan orang sekuler yang socially liberal, entah mengapa Gamal mengutip dia, mungkin untuk menambah semacam berat pada argumennya dan membuat smokescreen untuk menyamarkan maksud sebenarnya. Ayaan Hirzi Ali dan Bill Maher adalah ateis/sekuler, dan ironisnya, merupakan kritikus agama Islam (Hirzi Ali) dan Kristen (Bill Maher), sehingga kata-kata mereka harus dilihat dalam konteks ideologi mereka.

Beda dengan yang tampaknya dipersepsikan kaum fanatik dan Sdr. Gamal Albinsaid, 'menoleransi intoleransi' versi Bill Maher dan Ayaan Hirzi Ali tidak bisa dijadikan amunisi untuk menyerang Ahok, mengapa? Kalau anda tahu siapa Bill Maher, dia adalah penghina agama Kristen. Seri TVnya, "Religulous", adalah kritik (sekaligus) hinaan kepada Agama Kristen, beda dengan Ahok yang mengkritik TAFSIR, Bill Maher menghina dan mengkritik ajaran Kristen yang integral itu sendiri. Sementara, Ayaan Hirzi Ali, karena pahamnya yang ateistik (ex-muslim), besar kemungkinan dia mengkritik Ayat Qur'an BUKAN Tafsirnya. 

Apa artinya? Berlawanan dengan paham kaum Fanatik dan Sdr. Gamal Albinsaid, Ayaan Hirzi dan Bill Maher, kemungkinan akan lebih mendukung Ahok, karena Maher dan Hirsi Ali, pastinya menganggap memilih pemimpin seagama itu tidak benar dan tidak akan malu menyerang AYAT itu secara langsung, bukan TAFSIR AYAT. Kontekstual Intoleransi itu, ironisnya bukan ditujukan pada kekritisan dan "penghinaan" pada agama, tapi pada pemeluk agama itu sendiri. Belum lagi, negara yang disebutkan Sdr. Gamal Albinsaid, adalah negara dengan teologi yang liberal, dimana para ahli yang skeptis pada kebenaran Alkitab dilahirkan di Negara itu, banyak teori yang mengatakan Injil itu tidak historikal dilahirkan di Negara Jerman, kalau anda yang mengetahui apologetika Kekristenan, pasti anda mengetahui orang seperti Adolph Von Harnack dan WG. Kummel, kedua skeptis yang hasilnya masih digunakan di kalangan skeptis dan liberal. Ini adalah oportunitas intelektual yang tidak ada dan mungkin tidak akan ada di Indonesia, karena tentu saja, film 'Noah' yang menyenggol nabi saja dilarang di sini, meskipun itu hanya work of art berbasis karakter Alkitab.

Intinya, semua yang dimasukkan Gamal Albinsaid di suratnya kemungkinan akan mendukung Ahok dalam kritiknya pada tafsir ayat yang dia lakukan. Faktanya, toleransi versi barat adalah berdasarkan Freedom Of Speech yang sangat luas, dimana kritik terbuka pada ethics dan ayat agama tertentu adalah legal dan tidak ada yang namanya pidana atas penghinaan agama manapun di Barat. Dan secara kultur Barat, toleransi adalah membiarkan orang melakukan apa yang mau mereka lakukan BUKAN melarang mengkritisi etik agama atau kepercayaan mereka.

Inilah anehnya dari kelompok fanatik di Negara ini, sebenarnya kalau menggunakan definisi toleransi a la Barat, mereka bisa diklasifikasikan sebagai kaum yang intoleran yang akan ditampar oleh ateis/sekuler seperti Bill Maher dan Ayaan Hirzi Ali, tentu saja, menurut mereka, menurunkan orang karena tidak seagama atau menekan aliran sesat adalah hal yang (dalam versi mereka) intoleran.

Lucunya, orang-orang yang cepat mengkritisi sekulerisme dan konsep toleransi, dalam keadaan terjepit seperti ini tiba-tiba menjadi pembela toleransi, entah standar dari antah-berantah mana yang mereka gunakan. Mungkin bisa dilihat orang seideologi mereka yang lebih memilih aliran liberal di Amerika dibanding Konservatif yang sebenarnya etika moralnya lebih serupa dengan mereka. 

Tapi tentu saja dengan surat ini, orang yang diluar ideologi mereka, harusnya sadar, orang yang intuisinya tumpul dan menerima apapun yang dikeluarkan kelompok mereka perlu dianggap serius atau tidak. Bagaimana mungkin orang yang menindas aliran lain dengan kekuatan militer bisa mengajari toleransi ke orang yang liberal seperti Ahok? 

Neo

(22/10/2016)

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun