Mohon tunggu...
Tristi Isriana
Tristi Isriana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pembaca yang baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teman Malam yang Menghilang

28 September 2013   13:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:16 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Teman Malam Yang Menghilang

Oleh: Tristi Isriana

Kamar kosku sangat ideal menurut anak-kos, berukuran 6 x 3 M termasuk kamar mandi. Kamar seluas Delapanbelas meter persegi tersebut bagiku merupakan hamparan ladang yang luasnya mencapai sepuluh hektar, sampai-sampai aku tidak sanggup “menyiangi rumput-rumputnya” dan “menyirami pohon-pohonnya” dengan baik. Aku menghuni kamar terbaik ini hampir 3 bulan.

Di kamarku penuh dengan barang-barang kebutuhan anak kos, mulai dari alat masak, alat olah raga, jemuran, semua tersedia termasuk celengan ‘kucing’. Barang-barang yg tidak dibutuhkanpun juga berjubel di kamarku, seperti buntelan kresek bekas, botol-botol bekas, atau sandal sepatu brodol.

Jika dilakukan penambangan lagi tentu masih banyak harta karun yang bisa ditemukan di kamar luasku, misalnya pernah suatu hari tiba-tiba aku menemukan puluhan lampu - energy saving dan belasan botol minyak telon atau belasan kantong sabun. Aku hanya ingat sewaktu membeli hanya sebiji, terus jika ingat lagi beli juga hanya sebiji, lalu ingat lagi ya tetap kalau membeli cukup sebiji saja….

Pagi-pagi sekali sekitar jam 7 kamar ini aku tinggalkan dan baru jam 10 malam aku biasa tiba kembali di kamar. Saat berada di kamar inilah aku biasa merapi-rapikan isinya jika ditemani oleh suara-suara kehadiran tetangga kamar sebelah. Tetapi jika tidak ada suara dari sebelah, akupun tidak melakukan apa-apa. Entah mengapa bisa demikian.

Aku tidak tahu penghuni sebelah itu lelaki atau perempuan, kami tidak pernah bertemu satu sama lain, yang kutahu hanya tanda-tanda kehadirannya saja. Setiap malam aku mendengar dia bermain bola ping pong yang diadu dengan tembok. Kadang suara jogging, hentakan kakinya aku suka, sangat berirama. Suara yang paling aku suka adalah suara dia lagi main basket, jedug-jedug-jedug… Kegaduhannya sangat menghibur, aku merasa ada teman. Jika dia bergerak, aku lantas bergerak juga. Dia berolah raga, aku membersihkan wajah bekas make-up. Dia main basket, aku mengepel lantai. Dia main ping pong, aku lipat-lipat baju. Dia jogging, aku pasangin kancing-kancing baju yang copot. Bagiku dialah satu-satunya “teman malam”ku.

Aku justru gelisah jika tidak mendengar apapun dari kamar sebelah, rasanya sunyi, hati kesepian, serasa sebatang kara, seperti yang terjadi pada suatu malam…

Malam itu tidak seperti malam-malam biasanya, kamar sebelah terasa hening, tidak ada suara apapun, pasti penghuninya sudah pulas. Aku mengusir rasa sepi dengan membaca buku, sampai datang rasa ngantuk. Lampu kamar aku matikan, lampu kamar mandi tetap menyala sehingga sebagian sinarnya masih bisa menerangi kamar.

Pada pertengahan kesadaranku menuju ke alam mimpi, tiba-tiba dari jendela masuk bayangan kepala lelaki. Kepala itu tidak menoleh ke arahku, aku hanya melihat di bagian kanan. Pipi kanannya tirus, hidungnya mancung. Bayangan itu hanya sekelebat, lalu berjalan dan menghilang masuk ke tembok menuju kamar sebelah.

Seluruh tubuhku tiba-tiba menggigil, bulu tangan – kaki terasa berdiri. Kesadaranku dipaksa bangkit dan tubuhku melompat turun dari kasur, lalu semua lampu kunyalakan. Aku singkap gordin jendela untuk memastikan jendelanya terkunci dengan baik. Di luar sana hanya ada kegelapan. Lalu kututup lagi gordennya dengan tergesa-gesa. Rasa panik melanda pikiranku.

Bayangan kepala itu ‘menakutkanku’. Semalaman aku terjaga sambil memasang telinga menunggu suara dari kamar sebelah, menunggu kehadirannya, menunggu kegaduhannya. Hanya itu yang bisa menenangkan batinku . Duuuhhhh sampai pagi tidak ada suara yang kurindukan. Ke manakah dia semalam?

Malam berikutnya aku tidak mendengar lagi suara kegaduhan di kamar sebelah. Demikian juga malam kedua setelah peristiwa munculnya bayangan kepala. Ke manakah “teman malamku”? Apa dia pindah? Oh! Jangan-jangan dia sakit. Baiklah, aku menengoknya, bukankah pintu kamarnya tidak sampai lima langkah dari pintu kamarku? Sebelum meninggalkan kamar kos, aku akan menyempatkan menengok ‘teman malamku’. Aku akan ke sana. Tapi sama siapa ya? Aku merasa was-was, ada apa ya?

Kulangkahkan kaki menuju ke kamarnya, pintunya terawat bersih, dengan pelan aku mengetuknya. Tok-tok-tok…

“Cari siapa Mbak?” Ada suara dari belakang mengagetkanku, aku menoleh, Petugas kebersihan kos rupanya, namanya Mas Suyud.

Aku segera menjawab sapaan Mas Suyud: “Ini kamar siapa ya Mas, aku mau nengok, dari kemarin tidak ada suaranya, takutnya dia sakit.”

Mas Suyud: “Lah kan kosong Mbak, memang sih lagi sakit tapi tidak di sini”

Aku: “Tidak mungkin Mas, suaranya ada.”

Mas Suyud: “Bener Mbak, yang sewa kamar ini Mas Denni, 3 bulan yang lalu dijemput keluarganya karena sakit, sampai sekarang belum balik. Barang-barangnya masih ada.”

Aku: “Mas! Buka kamar ini! Orangnya ada di dalam. Setiap malam aku ‘bersamanya’. Buka Mas!”

Mas Suyud: “Masak iya sih Mbak, kamar ini kosong Mbak, ndak ada siapa-siapa, bener.”

Mas Suyud menatapku heran, sementara aku tetap ngotot dan minta kamar tersebut dibuka, aku yakin dia di dalam dan sekarang lagi butuh bantuan karena sakit, sudah 2 hari tidak terdengar suaranya.

Kami berdua sepakat membuka kamar sebelah. Semula kami ketok-ketok dengan pelan, tidak ada jawaban, lalu ketokan dengan sedikit keras, tetap tidak ada jawaban, lebih keras lagi…. Hening, tetap hening.

Kunci kamar sudah berada di tangan Mas Suyud, dengan gemetaran tangannya memasukkan anak kunci tersebut ke lubang kunci kamar ‘teman malamku’.

“Mas Denni….” Suara Mas Suyud memanggil pelan-pelan.

Sementara aku tetap di luar kamar, was-was menanti apa yang terjadi di dalam kamar. Aku mendengar Mas Suyud memanggil-manggil nama Mas Denni, memanggil lagi dan memanggil lagi, lalu membuka pintu kamar mandi, membuka gorden jendela, lalu sepiiii…

Mas Suyud ke luar dan menginformasikan bahwa kamar tersebut kosong tidak ada siapapun di dalam. Matanya tampak kecewa. Dia mengajakku ke dalam, aku ikuti langkahnya.

Benar, tidak ada siapa-siapa di dalam. Kamar yang rapi. Aku terperanjat dan kaget melihat isi kamar Mas Denni. Semua yang kudengar ada di sana. Bola basket, raket dan bola ping pong, sepatu kets, tergeletak di pojok kamar. Melihat posisi barang-barang tersebut rasanya baru saja dipakai oleh pemiliknya. Aneh.

Aku berteriak ketika mataku melihat foto di atas meja. Foto itu adalah bayangan kepala yang kulihat 2 malam yang lalu,pipi yang tirus dan hidung mancung. Benar-benar membingungkanku. Kamar ini kosong. Lalu siapa yang selama ini membuat kegaduhan? Siapa yang selama ini menemani malam-malamku?

Bogor, 28 September 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun