Mohon tunggu...
Tristi Isriana
Tristi Isriana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pembaca yang baik

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Smokey Eyes

29 September 2014   01:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:10 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Smokey Eyes

Sabtu lalu saya jalan-jalan ke Cimahi, pas melewati pertokoan sepanjang jalan di kota Cimahi saya ingat ada Toko langganan tempat membeli Kosmetik, lalu saya menyempatkan diri untuk singgah karena ingat pada pensil alis saya yang sudah pendek.

Toko ini tidak terlalu besar, dan konon para pemilik Salon di Cimahi pada belanja di sini, memang lengkap sekali barang-barangnya. Banyak merek terkenal yang dijual dan setiap merek ada SPG-nya (Sales Promotion Girl) yang tentu cantik-cantik.

Ketika saya masuk, Mbak SPG berpakaian ungu menyapa dengan ramah, selamat siang ada yang bisa dibantu… ‘saya butuh pensil alis’. Sepertinya pensil alis sangat identic dengan merek Vxxx - pensil alis berwarna orange yg paling enak digunakan, karena rata-rata para penjual cosmetic ketika ditanya pembeli mengenai pensil alis, akan balik bertanya: “yang Vxxx?”

Demkian juga dengan toko langganan saya (aneh juga siy, masak beli cosmeticnya di Cimahi yaa – bukannya di Bandung atau Jakarta atau di tempat tinggal saya-Bogor), SPGnya juga bertanya dengan pertanyaan serupa, “pensil alis Vxxx yaaa?”

Saya sudah cukup mengenal Toko tersebut, termasuk mengenal pemiliknya – Cik Lely. Dari tempat mesin kasir, pemilik menyapa saya: “Selamat siang Teehh… sudah lama tidak berkunjung.. lagi jalan-jalan yaaa, waaahh tambah seger, pakai produk apa sekarang.. cantik lho riasannya…”

Memang paling bisaa si Cicik memuji-muji pelanggannya, padahal hari itu saya sedang tidak ber-make up, cuma pakai pelembab karena habis berenang.

‘Saya perlu pensil alis Cik’

“Yang Vxxx atau mau coba Sxxxxxx, para perias sudah pada ninggalin merek Vxxx dan pada pakai Sxxx lhoo, yang Vxxx itu sekarang ga bagus mudah patah, katanya sih sudah dipalsukan”

‘Oh yaaa? Boleh deh, saya minta yang Sxxxxx, kasih dua yaa’

“Eye shadow nggak sekalian? Kalau eye shadow produk Lxxxx yang bagus, laris banget, apalagi yang smokey eyes..”

Belum juga saya merespon tawarannya, segera si Cicik panggil mbak SPG merek tersebut. Mbak SPG berbaju hitam segera datang dan memberikan tester buat dicoba.

Cik Lely pamit ke saya karena akan pergi kondangan dan pesan ke tim-nya untuk melayani saya dengan baik.

Saya menerima tester yang telah diberikan oleh SPG Lxxxx

‘Mana kuasnya?’ tanyaku pada SPG berbaju hitam tersebut.

“Ga ada hilang entah ke mana” jawabnya datar

“Nah terus gimana saya mau mencoba”

Mbak SPG tetap berdiri mematung

Saya mencoba lagi meminta sesuatu darinya: ‘ada cotton bud?’

“Ga ada” jawabnya ketus.

Nah lho, aneh! Bukankah dia SPG dengan merek yang rencana akan saya beli, kenapa seperti itu cara melayani pelanggannya ya.

‘Terus gimana caranya?’ tanyaku mulai gusar.

“Pake tangan saja”

Waduh!

Baru saja Mbak SPG hitam telah kehilangan pembeli. Tentu saja saya tidak jadi membeli eye shadow smokey eyesnya. Saya hanya membeli dua buah pensil alis saja.

Dengan pelayanan langsung dari Cik Lely, biasanya saya belanja aneka barang kecantikan, mulai dari lotion, sabun – sabun saja sudah sangat banyak macamnya mulai sabun muka sampai body scrub, shampoo, bahkan banyak barang yang ternyata saya tidak menggunakannya, barang-barang yang saya beli dan akhirnya mubasir itu misalnya lotion peluntur lemak, minyak kemiri penghitam rambut, lip gloss aneka jenis, dan banyak lagi aneh-aneh yang tidak penting yang tetap saja saya beli.

Mengapa saya membeli pensil alis yang baru saja dikenalkan mereknya oleh pemilik Toko dan langsung membeli dua? Karena membeli itu ternyata memang bukan karena produknya yang bagus, tetapi rasa percaya dan kemampuan meyakinkan dari sang penjual. Cik Lely mampu menjalin hubungan emosional dengan saya.

Saya membeli karena emosi, yang lalu dibenarkan oleh logika, membayangkan sewaktu mencoba tester, lalu lihat ke cermin kelihatan cantik, lalu cik Lely memuji… wow makin senangnya hati ini. Walaupun mahal dan tidak penting, tetap saja beli. Selanjutnya logika akan bicara, ‘oh nanti bisa dipakai pas ada acara, pas beli lotion peluntur lemak - siapa tahu nanti ada lemak di perut, pas beli lip gloss – biar bibir ga pecah, pas beli tonik penghitam rambut - nanti mau buat suami, ini juga semuanya kan pas dikasih diskon’.

Jadi, sebaiknya bagaimanakah kiat menjual dan langsung dibeli?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun