Mohon tunggu...
Trisni SetyaNS
Trisni SetyaNS Mohon Tunggu... Administrasi - Bisa memberikan manfaat untuk orang lain walaupun hanya sebulir debu.

hobi : menulis buku n memasak owner Pt BISA Ct Yogya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ketika Hati Bicara, Bagian 2

14 Desember 2018   07:50 Diperbarui: 14 Desember 2018   07:59 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Waktu  sudah menunjukkan pukul delapan lebih sepuluh menit, jalan raya Yogya Magelang yang jaraknya tidak kurang dari 50 meter masih menampakkan kebisingannya dengan suara bus, motor yang masih lalu lalang dengan aktifitas malam yang tidak pernah berhenti.

Masih  banyak hal-hal pembicaraan yang ingin disampaikan  namun sikap ayahnya yang berdiri, mengisaratkan untuk segera mengakhiri perbincangan untuk malam ini. Karena  masing-masing anggota keluarga harus mempersiapkan aktifitas besuk pagi.

 "waktunya sholat 'isak...Nindi, Bimo,  ibu  kita berjamaah bersama...habis itu kerjakan tugas kalian..." ucap Pambudi sambil berdiri.

" ya siap Bos..." kelakar Nindi berlari untuk menuju kamar mandi terlebih dahulu. Sang ayah yang gemas melihat sikap anak perempuannya gemas menarik lengan Nindi dan  mengacak-acak rambutnya. Yang jadi sasaran hanya bisa tertawa melihat kasih sayang yang di perlihatkan padanya.

Dalam perasaan Pambudi sepertinya baru kemarin dia menggendong, menyuapi, menggantikan popok, tapi sekarang anak gadisnya sudah mulai menginjak dewasa.

" Hemm.... Bimo...Nindi...kau sudah besar anakku..." lirih batin Pambudi trenyuh dengan kedua sikap anak-anaknya yang menurut dia tumbuh dengan cepat dan selalu menjadi anak yang baik untuk kedua orang tuanya.

"Ayah...melamun ya..." Tanya Sismiyati menggaet lengan suaminya manja. Dia tahu apa yang ada dalam fikiran suaminya.

"Ayah wudhu dulu, ibu belakangan..." ucap Sismiyati lagi melihat anak-anaknya sudah selesai wudhlunya.

Dibesarkan dalam keluarga yang harmonis dan mempunyai pondasi agama yang kokoh. Pambudi Sulistyo menganut tradisi agama yang kuat berasal dari Semarang bekerja di perbankkan. Istrinya , Sismiyati bekerja sebagai guru di SMA negeri di Magelang yang  di besarkan di lingkungan pondok yang kesehariannya mempunyai aturan-aturan agama yang kuat pula .

Melakukan sholat lima waktu yang ditanamkan kedua orang tua Nindi dan Bimo  tidak pernah ditinggalkannya.  Walaupun  itu dalam keadaan darurat , kewajiban sholat tetap harus no satu.

Keluarga Pambudi tinggal dirumah yang sederhana di daerah Mertoyudan, Magelang. Rumah  joglo dengan pohon sawo tumbuh rindang di depan bangunan rumah itu, semakin menambah asri suasana lingkungannya. Penataan tanaman yang rapid an bersih, tempat duduk santai yang terpajang semakin betah untuk duduk-duduk .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun