Mohon tunggu...
Artini Trisetiati
Artini Trisetiati Mohon Tunggu... -

punya tiga peran: anak, istri dan ibu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keris Sakti, Benar Atau Mitos?

27 Maret 2014   23:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:23 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Membaca mengenai Keris Prabowo yang ditulis oleh Mas Hazmi Srondol di link http://filsafat.kompasiana.com/2014/03/27/keris-prabowo-vs-pulpen-budhe--642337.html, membuat saya teringat akan kejadian baru-baru ini. Saya termasuk orang yang tidak ngeh (tidak paham-Jawa) untuk masalah kebatinan-kebatinan seperti itu, begitu pula suami. Interaksi kami dengan keris bertuah terjadi secara tidak sengaja. Bermula dari kegemaran anak terkecil kami untuk menari Bali (walau dengan gaya sekenanya yang penting mirip). Dari sekian banyak tari Bali, ia sangat tertarik dengan tari Baris. Dimana salah satu kelengkapan kostumnya adalah keris. Sebagai Bapak yang baik, awalnya suami membuat kayu yang dibentuk seolah-olah keris. Namun kalau dilihat-lihat bentuknya malah seperti salib. Daripada nanti malah mengundang prasangka yang nggak-nggak, suami berinisiatif jalan-jalan ke pasar mencari barangkali ada keris mainan disana.

Singkat cerita suami melihat keris yang dijual murah, namun memiliki gagang dari gading yang terukir bagus. Bahkan besi kerisnya sendiri terukir detil. Sebagai orang yang mencintai seni tentu saja tanpa pikir panjang langsung dibayarnya keris tersebut. Bayangkan bisa membeli keris dengan hasil kerja seni yang sempurna namun dengan harga di bawah seratus ribu. Pulang ke rumah keris tersebut diberikan pada sang anak dengan diberi pengaman agar tidak bisa ditarik keluar.

Selama hampir satu tahun keris itu bersama kami tidak ada sesuatu yang berarti (menurut kami). Namun dalam dua minggu terakhir saya seringkali bermimpi yang aneh-aneh. Pada awalnya saya hanya menganggap mimpi itu bunganya orang tidur. Namun karena intensitas mimpi aneh yang tinggi, akhirnya pada saat suami dipijat oleh dukun pijat langganan saya menanyakan arti mimpi saya tersebut. Pertama satu mimpi saja yang saya tanyakan, artinya memang tidak baik. Lalu saya lanjutkan dengan mimpi-mimpi berikutnya. Sejenak pemijat ini diam sambil memejamkan mata. Lalu tiba-tiba bertanya apa ada keris di rumah? Saya jawab ada, keris mainan anak saya. Saya jelaskan belinya dimana dan untuk apa.

Dengan hati-hati bapak pemijat itu berkata bahwa keris itu sebenarnya bertuah. Ia berharap agar keris itu bisa dilepas ke orang lain untuk menghindari hal-hal yang tidak baik bagi keluarga kami. Awalnya suami tidak percaya, karena keris itu bukan didapat dari hal gaib. Bahkan dibeli di dengan harga amat murah. Namun bapak pemijat itu menjelaskan bahwa kadang orang yang tidak mampu menyingkirkan keris yang dimilikinya akan menjualnya di pasar dengan harga murah.

Akibat yang paling nyata pada saat keris itu ada di rumah kami adalah, si adik bisa tiba-tiba mengamuk yang amat sangat dan sulit dikontrol. Begitu juga entah siang atau malam ada seperti bunyi kerikil yang jatuh di atap rumah. Atau kalau menurut pembantu yang lama, begitu penghuni rumah pergi semua maka akan terdengar seperti ada kegiatan di lantai atas. Dari ciri-ciri itu, menurut bapak pemijat, si keris tersebut sebenarnya mencari perhatian agar mendapat "makanan". Entahlah saya tidak tahu maksudnya. Berhubung kami bukan orang yang paham hal-hal seperti itu, malah kerikil yang jatuh saya anggap semen atap yang mungkin berguguran (hadeeeuuhh). Akhirnya suami dan saya sepakat menghibahkan keris tersebut kepadanya, berhubung bapak pemijat tersebut lebih memahami bagaimana memperlakukan keris, .

Semenjak keris itu dibawa pergi, tidak terdengar lagi suara kerikil di atap rumah. Meskipun si kecil masih suka marah, namun tidak seperti dulu lagi. Menurut bapak pemijat itu, akan dibutuhkan waktu agar pengaruh keris terhadap anak saya bisa hilang karena cukup lama si kecil bermain dengan keris tersebut. Saya bersyukur bisa terhindar dari hal-hal yang saya tidak tahu ini.  Semoga saya tidak akan berhubungan dengan keris-keris lagi, kecuali keris mainan (itupun kalau perlu aja ), atau benda-benda bertuah lainnya.

Denpasar, Maret 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun