Kita masuk ke topik yang sangat sering terjadi dalam komunikasi sehari-hari, tapi jarang disadari dampaknya: Sugar Coating.
Secara harfiah, sugar coating adalah melapisi sesuatu yang pahit atau tidak menyenangkan dengan lapisan gula yang manis---persis seperti melapisi obat pahit dengan permen. Dalam komunikasi, ini adalah tindakan melembutkan, memoles, atau menyamarkan kebenaran yang tidak menyenangkan agar lebih mudah diterima oleh penerima.
Mari kita bahas ini secara menyeluruh dan mendalam, mulai dari motif hingga dampak psikologisnya.
Inti dari Sugar Coating (Mengapa Kita Melakukannya?)
Sugar coating bukanlah sekadar berbohong, melainkan sebuah strategi komunikasi yang kompleks, didorong oleh dua motif utama:
1. Motif Self-Preservation (Melindungi Diri)
Ini adalah ketika orang yang menyampaikan pesan ingin melindungi dirinya sendiri dari konflik, penolakan, atau reaksi emosional negatif.
Contoh: Seorang atasan takut karyawannya mengamuk jika tahu proyeknya ditolak, jadi dia memuji kerja kerasnya berlebihan sebelum akhirnya mengumumkan penolakan itu.
Ketakutan: Takut dituduh jahat, tidak sensitif, atau takut akan drama konfrontasi.