Mohon tunggu...
Tripviana Hagnese
Tripviana Hagnese Mohon Tunggu... Bisnis, Penulis, Baker

Saya seorang istri, ibu rumah tangga, yang juga mengelola bisnis, ada bakery, laundry, dan parfum.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[PSIKOLOGI] [ANALISIS] Mengubah Tarian Cemas dan Menghindar: Studi Kasus Arya dan Sinta

3 September 2025   15:50 Diperbarui: 3 September 2025   10:38 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Milik Tripviana Hagnese: [PSIKOLOGI] [ANALISIS] Mengubah Tarian Cemas dan Menghindar: Studi Kasus Arya dan Sinta

Gambar Milik Tripviana Hagnese: [PSIKOLOGI] [ANALISIS] Mengubah Tarian Cemas dan Menghindar: Studi Kasus Arya dan Sinta
Gambar Milik Tripviana Hagnese: [PSIKOLOGI] [ANALISIS] Mengubah Tarian Cemas dan Menghindar: Studi Kasus Arya dan Sinta

Studi Kasus: Kisah Arya dan Sinta

Arya dan Sinta telah berpacaran selama setahun. Arya, seorang penghindar, selalu merasa tertekan setiap kali Sinta mengajaknya berbicara tentang masa depan atau perasaannya. Ia sering kali mengalihkan topik atau membuat alasan untuk pergi.

Sebaliknya, Sinta, seorang pencemas, selalu merasa gelisah. Ia sering mengirim pesan, "Kamu lagi apa? Sama siapa?" dan merasa insecure jika Arya sibuk dengan teman-temannya. Setiap pertengkaran kecil terasa seperti ancaman putus bagi Sinta, sementara bagi Arya, itu adalah alasan untuk menarik diri.

Tanpa disadari, pola kelekatan mereka menciptakan siklus yang merusak. Sinta semakin menempel, dan Arya semakin menjauh. Mereka berdua sebenarnya saling mencintai, tetapi gaya kelekatan yang berbeda membuat hubungan mereka penuh dengan kecemasan dan ketegangan.

Kasus Arya dan Sinta adalah cerminan yang sempurna dari apa yang kita sebut sebagai "tarian" antara gaya kelekatan yang berbeda.

Kasus seperti ini bukan hanya sebagai masalah, tetapi sebagai peluang emas untuk pertumbuhan. Memahami teori gaya kelekatan memang penting, tetapi yang jauh lebih krusial adalah bagaimana kita menerapkannya untuk membangun karakter dan kompetensi afektif dalam hubungan.

Berikut adalah analisis lebih dalam mengenai kasus Arya dan Sinta, dan bagaimana solusi yang ada bisa diterapkan dengan lebih efektif, tidak hanya untuk memecahkan masalah saat ini, tetapi untuk membangun fondasi yang lebih kokoh di masa depan.

Menganalisis Inti Masalah: Bukan Soal Siapa yang Salah, Tapi Soal Kebutuhan yang Berbeda

Dalam kasus Arya dan Sinta, masalahnya bukan siapa yang lebih "bermasalah" atau siapa yang harus "berubah". Masalahnya adalah kebutuhan emosional mereka saling bertabrakan.

  • Sinta (Pencemas): Kebutuhan utamanya adalah validasi dan kedekatan. Dia mencari bukti nyata (pesan dibalas, diajak bicara masa depan) bahwa dia dicintai dan tidak akan ditinggalkan. Ketakutannya begitu besar sehingga setiap sinyal kecil yang tidak sesuai dengan harapannya langsung memicu kecemasan.
  • Arya (Penghindar): Kebutuhan utamanya adalah kemandirian dan ruang. Dia melihat kedekatan yang Sinta tawarkan sebagai ancaman terhadap kebebasannya. Dia takut "tercekik" dan kehilangan identitas dirinya. Menghindari percakapan mendalam adalah mekanisme pertahanannya untuk menjaga jarak.

Mereka berdua terjebak dalam siklus yang merusak: Sinta mengejar karena cemas, dan Arya menjauh karena merasa tertekan. Semakin Sinta mendekat, semakin Arya menjauh. Semakin Arya menjauh, semakin Sinta mengejar. Ini adalah sebuah "tarian" yang otomatis, di mana setiap langkah satu orang akan memicu reaksi dari yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun