Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Essi nomor 61 - Merekayasa Kepentingan Negara

15 Mei 2025   10:59 Diperbarui: 15 Mei 2025   10:59 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://za.pinterest.com/cherryboon/

Essi 61 - Merekayasa Kepentingan Negara
Tri Budhi Sastrio -- Kasidi
 
Meskipun serat Pararaton atau kitab raja-raja Jawa
Dikritik banyak pihak sebagai kitab sarat nir-realita,
Karena banyak catatan dikategori imajinasi semata,
Sarat dengan rekayasa yang berasal dari penguasa
Tetapi harus diakui ada juga kebenaran di dalamnya
Contohnya simak saja sumpah hebat amukti palapa
Diikrar oleh mahapatih kerajaan besar di nusantara
Mahapatih Gajah Mada di Kerajaan Majapahit jaya:

Sira Gajah Mada patih Amangkubhumi
tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada:
"Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa,
lamun kalah ring Tajung Pura, Gurun, ring Seran,
ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa"

Yang makna harafiah diketahui hampir semua siswa
Bahwa mahapatih digdaya itu tak mau lidahnya rasa
Lezatnya rempah nusantara dalam olah boga istana
sebelum berhasil mempersatukan telatah nusantara
Di bawah satu panji-panji utama Majapahit nan jaya.

Singkat cerita nusantara akhirnya bisa bersatu jaya
Dan nama beken Gajah Mada semakin membahana
Meskipun ada catatan bercak hitam aroma bencana
Prakarsa mahapatih perkasa, yang dengan sengaja
Menyebabkan putri Dyah Pitaloka sangatlah terhina
Sehingga demi martabat memutuskan untuk pralaya
Setelah si ayahanda dan para prajurit dibabat sirna
Di desa Bubat dan itu semua karena gengsi semata.
Gajah Mada engkau memang agung, sakti, perkasa,
Penyatu nusantara, tapi bagaimana dengan nyawa
Banyak orang tidak berdosa yang dikorbankan juga
hanya ambisi naikkan harkat martabat semata-mata
Serta juga harga diri raja jauh melesat ke angkasa?
Bagaimana bisa banyak nyawa yang tidak berdosa
Dapat dengan mudah serta begitu saja dibuat sirna
Sementara tujuan utama negara lindungi rakyatnya?
Inilah catatan klasik seorang Dang Acarya Nadendra
Yang dalam buku sejarah dikenal sebagai Prapanca.

Majapahit jelas tak sama dengan Republik Indonesia,
Tapi jika berbicara tentang apa yang telah dilaksana
Dan yang tidak dilaksana si mahapatih, ada miripnya
Dalam artian betapa sering label kepentingan negara
Menjadi jalan agar banyak hal di atas segala-galanya,
Sedangkan rakyat bisa berubah jadi warga kelas dua.
Mereka dapat dikorbankan atau diapakan semaunya
Apabila kepentingan negara yang menjadi taruhannya.
Pada tingkatan negara, walau ini terasa mengada-ada
Tetapi masih boleh juga, meskipun tetap harus ditanya
Dengan suara lantang apa sih itu kepentingan negara?
Sialnya, apa yang dilihat dewasa ini di negara tercinta
Yang membentang perkasa, terlihat di pelosok negara
Tidak jelas benar apa maksudnya kepentingan negara
Karena betapa sering, penguasa serta pejabat negara
Menggunakan topeng pengabur dusta, semata-mata
Guna memnutup rapat ragam kepentingan pribadinya.
Semua kepentingan negara, begitu topeng dustanya
Sehingga semua warga negara statusnya kelas dua
Dan karenanya boleh saja dikorbankan demi negara.

Yang sama parahnya dengan banyak pejabat negara
Tipe ini adalah mereka yang ketika sedang berkuasa
Ikut menggunakan topeng dusta dan jubah rekayasa
Lalu semuanya diatas-namakan kepentingan negara.
Akibatnya mudah sekali diterka semua warga negara
Dapat diubah seketika, label status warga kelas dua.
Dampaknya luar biasa karena menjadi sah tidak apa
Jika mereka dikorbankan dan bisa diapakan apa saja.
Akibat lanjutannya pun benar-benar amat luar biasa,
Sehingga tanpa penelitian pun semua jadi jelas nyata.
Dampaknya tidak hanya terentang luas dan jejaknya
Tidak hanya masalah etika serta martabat manusia,
Tetapi juga pada betapa semakin tidak dihargainya
Hak asasi manusia dan harga jiwa jadi semurahnya
Pihak swasta pun tidak ketinggalan ikutan berlomba
Merekayasa kepentingan negara, sehingga faktanya
Hanya dengan sedikit bekerja sama instansi negara
Eh ... mereka pun lalu merasa mempunyai kuncinya
Hingga dapat serta kedepankan kepentingan negara
Lalu para karyawan pun dapat jadi warga kelas dua.

Akibat akhirnya? Memedi naik pedati, sampiran isi,
Tragedi demi tragedi terus terjadi, cukup tak peduli.
Sementara jauh di sana, hampir saja tak terdeteksi,
Atas nama kepentingan negara mencuat isu tragedi
Terjadi di Mesuji, korbannya kelas dua, jelas sekali.
Ini terus terjadi, jikalau kepentingan negara diakali.
Sebenarnya semua, benar-benar untuk diri sendiri,
Tapi kepentingan negara dijadikan tangan dan kaki.

Essi 61 - tbs/kas -- SDA15122011 -- 087853451949

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun