Kasidi 615Â Tidak Ada Ilmunya
     Doktor Ekonomi dan Keuangan Negara ini pasti hebat luar biasa sampai-sampai tiga presiden menunjuknya untuk menjadi bendahara negara. Lebih dari dua dekade menjabat posisi yang sama pastilah istimewa. Kemudian, beberapa hari yang lalu dengan ringan dia menjelaskan bahwa apa yang terjadi saat ini sama sekali tidak ada ilmunya. Apa yang pernah dipelajari selama ini tentang keuangan global, defisit neraca berjalan, ekspor impor, tarif bea masuk, kuota impor, proteksi, cadangan devisa, pokoknya apa saja yang berkaitan dengan masalah keuangan nasional atau global, ternyata semuanya jungkir balik hanya dalam semalam.
     Pemicunya? Ternyata orang yang juga sangat istimewa. Dua kali menjabat presiden negara adikuasa, dua kali membuat heboh dunia, tetapi yang kali ini benar-benar luar biasa. Semua negara, nyaris semua negara, dihajarnya dengan 'reciprocal tariff' dan akibatnya hampir semua negara dibuat pening sehingga muncullah istilah yang istimewa dari Indonesia, 'tidak ada ilmunya'.
     Tentu saja ilmunya ada tetapi karena ilmu ini tidak pernah terpikirkan selama beberapa dekade terakhir ini, lalu muncul begitu saja, lalu semua heboh, lalu semua bingung dan panik, lalu semua bursa saham di dunia tunggang-langgang, rontok dan anjlok, dan katanya, resesi sudah di ambang pintu. Lalu apa itu resesi? Jangan tanya saya karena tidak tahu, kata Kasidi, tetapi pasti resesi itu bukan sesuatu yang enak, bukan sesuatu yang nyaman.
     Hanya orang yang berkuasa, bahkan mungkin amat sangat berkuasa, yang bisa melakukan ini, dan fakta serta realita yang ada saat ini tidak diragukan mengonfirmasi hal itu. Perkembangan terakhir, jika negara-negara yang kena hajar bersedia merendahkan diri dengan tidak melawan, senyum-senyum manis untuk bernegosiasi, maka langkah yang hebat ini bisa dihentikan untuk sementara selama tiga bulan plus tarif bea masuk yang sangat murah boleh dinikmati. Luar biasa, bukan, tanya Kasidi sambil mengingatkan betapa Tuhan juga pernah melakukan ini sebagai analogi, meskipun tentu saja tidak terlalu tepat. Ketika diminta menjelaskan Sabda Tuhan yang dimaksud, Kasidi dengan ringan mengutip Sabda Tuhan yang dimaksud.
'Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?'
     Presiden negara besar itu bukan Tuhan, dia juga tidak akan pernah menjadi Tuhan, tetapi apa yang telah dilakukan nyaris menyerupai tindakan Tuhan yang menggetarkan banyak orang. (Kasidi 615 -- tbw/kas/sda12042025)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI