Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Drama Pembajakan

18 Maret 2021   14:03 Diperbarui: 18 Maret 2021   15:30 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.dreamstime.com

***

Mungkin baru tiga menit Letnan Komang Aji  memejamkan mata, ketika telinganya yang terlatih dan nalurinya yang peka merasakan dan mendengarkan gerakan mencurigakan. Dia membuka matanya perlahan-lahan dan hai ... ada empat laki-laki berdiri dengan senjata otomatis di tangan. Sedangkan wanita cantik dari kursi nomer tujuh tampak sedang berdiri. Di tangannya memang tidak ada senjata otomatis tetapi dia memegang kotak kecil berwarna hitam dengan tiga lampu merah menyala berkedip-kedip.

"Para penumpang sekalian," suaranya yang nyaring merdu memenuhi ruangan, "saya harap anda sekalian tetap duduk di tempat. Pesawat sekarang berada di bawah komando kami. Saya peringatkan sekali lagi, anda dimohon dengan hormat untuk tidak  bergerak dari tempat duduk. Kami tidak main-main saudara-saudara sekalian. Keempat kawan ini sudah diinstruksikan untuk tidak segan-segan menembak siapa saja yang mencoba melanggar larangan."

Dia berhenti sejenak sambil memandang kotak hitam di tangannya.

"Ada tiga bom aktif di pesawat ini," lanjutnya kemudian. "Cukup sentuhan ringan pada tombol ini, maka lampu yang berkedip ini akan padam dan sedetik kemudian anda pun padam semua. Kami bersungguh-sungguh saudara! Mati bukan apa-apa bagi kami. Mati itu kehormatan. Adakah di antara anda yang ingin mati?"

Terasa ada nada sinis di dalam suaranya.

Para penumpang di kelas utama semua diam. Siapa pula orang yang ingin mati konyol? Letnan Aji juga tidak membuat reaksi apa-apa tetapi sejak tadi ia sudah menekan tombol darurat alat komunikasi khususnya untuk berhubungan dengan markas operasi Denpasar.

Alat komunikasi khusus ini, sekali pun hanya berupa pulpen biasa tetapi kemampuannya benar-benar luar biasa. Daya jangkaunya mencapai radius 1500 kilometer persegi. Tiga detik kemudian, suara alarm halus, begitu halusnya sehingga orang yang berdiri pada jarak lebih dari satu meter tidak mampu mendengarnya mendengung halus. Itu artinya signal panggilan telah diterima oleh markas operasi Denpasar tetapi sayangnya dia tidak mungkin berbicara saat itu. Para pembajak pasti tahu dan resikonya akan sangat besar. Ia tidak ingin mati konyol hanya karena terlalu tergesa-gesa. Lagi pula ia sadar bahwa ia tidak perlu tergesa-gesa berhubungan dengan markas operasi Denpasar, karena sampai saat ini para pembajak belum mengemukakan apa yang diinginkan.

Letnan Aji juga dapat membayangkan bahwa petugas di markas operasi Denpasar akan menunggu dengan sabar sampai ia berbicara dengan mereka.  Hal ini termasuk salah satu prosedur baku yang harus dilakukan petugas di markas operasi. Jika sampai satu menit dia belum juga berbicara, maka markas operasi harus melacak di mana posisinya.

Tiga menit kemudian markas operasi tahu persis bahwa Letnan Aji mengirimkan signal panggilan dari dalam pesawat Garuda yang sedang terbang menuju Denpasar. Eh, ada apa di pesawat itu, pikir Kepala Seksi Operasi. Setelah dicek ke bandara keberangkatan dan bandara kedatangan, tidak ada hal yang mencurigakan. Akhirnya  Kepala Seksi Operasi di Denpasar memutuskan untuk menunggu.

Sementara itu di dalam pesawat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun