Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Kontemporer: Ketika Sang Bajingan Harus Masuk Sorga

4 Maret 2021   10:23 Diperbarui: 4 Maret 2021   10:50 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.1st-art-gallery.com/William-Adolphe-Bouguereau/A-Soul-Brought-To-Heaven-1878.html

Hakim Khusus mengangguk-angguk.

"Maksudmu engkau mengakui semua isi catatan ini dan rela menerima hukuman yang akan dijatuhkan?"

Putu Antar mengangguk.

"Saya terima semua catatan ini dan siap menjalani hukuman."

Hakim Khusus tampak mengerutkan keningnya.

"Tidak banyak orang yang seperti engkau, maksudku tidak banyak bajingan yang bersikap seperti dirimu. Biasanya, kalau tidak menyangkal mati-matian, bajingan yang lain seringkali berlagak pilon, atau bahkan berlagak lupa dengan apa yang telah diperbuat semasa hidupnya dulu. Dalam ruangan ini setiap orang bebas bertingkah apa saja, termasuk menyatakan lupa dan menyangkal perbuatannya. Adalah tugasku untuk membuatnya tidak berkutik, bukan dengan kekerasan tetapi dengan fakta dan bukti, sampai mereka tidak dapat menyangkal lagi tetapi engkau sedikit lain, engkau sama sekali tidak berusaha menghindar apalagi menyangkal."

Sampai disini Hakim Khusus berhenti sejenak sebelum dia melanjutkan. "Benar engkau tidak ingin mendengarkan rekaman dan catatan kejahatanmu?"

"Benar yang mulia!"

"Mengapa?"

"Karena saya masih ingat dengan jelas semua kejahatan yang saya lakukan. Tidak satu pun yang terlupa Yang Mulia. Jadi untuk apa saya menyangkal perbuatan yang memang pernah saya lakukan?"

"Bagus, kalau begitu engkau dengarkan hukuman yang harus engkau terima!" kata sang Hakim Khusus sambil membuka laci di sebelah kanannya. Sebuah buku berwarna ungu, yang bahkan lebih tebal dari buku catatan kejahatan Putu Antar, dikeluarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun