Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kasidi Nomor 523 - Menghujat

16 Juli 2019   12:49 Diperbarui: 16 Juli 2019   13:03 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/cindy15206

Kasidi no. 523     Menghujat 

Allah Maharahim, Tuhan Mahapengampun, sudah sejak lama diketahui dan diyakini kebenarannya, sekaligus didambakan oleh para pendosa. Jika Allah tidak maharahim, jika Tuhan tidak mahapengampun, lalu harapan apa yang masih tersisa bagi para pendosa, bagi kita semua? Tentu tidak ada lagi harapan apalagi kebahagiaan dan damai sejahtera, karena yang tersisa sudah pasti hanyalah hukuman dan hukuman. Untungnya, Allah selalu maharahim, Tuhan selalu mahapengampun. Inilah keyakinan yang kokoh dan melegakan bagi setiap orang yang total percaya.

Lalu di tengah-tengah keyakinan yang melegakan ini, Sabda Tuhan dicatat seperti berikut ini: 'Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni.'  

Berikutnya juga dicatat 'Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.'

Lho? Lalu bagaimana dengan dengan keyakinan bahwa Allah itu maharahim, Tuhan itu mahapengampun, yang jika berkenan maka tidak ada dosa yang tidak dapat diampuni? Bukankah ini saling bertentangan, berparadoks satu sama lain? Atau apakah ini berkaitan dengan masalah bisa dan mau? Tuhan bisa mengampuni dosa apa saja, karena memang tidak ada yang mustahil bagiNya, tetapi Tuhan bisa saja tidak mau mengampuni sebuah dosa? Apakah seperti itu?

Hujat itu sedikit lebih tinggi dan seram dibandingkan dengan sekedar memaki, mencaci atau mencela dan bahkan juga memfitnah. Menghujat itu, bisa dengan kata-kata, entah diperdengarkan bagi orang lain atau hanya didengarkan oleh dirinya sendiri, dan biasanya dilakukan oleh orang biasa dan ditujukan pada entitas yang luarbiasa. Tetapi bisa juga perbuatan menghujat ini melecehkan atau merendahkan sesuatu yang agung, mulia, kudus, suci, seperti Allah, Tuhan, atau Roh Kudus.

Permasalahannya sekarang apa bisa manusia menghujat Allah, Tuhan atau Roh Kudus? Tentu saja bisa meskipun terasa mengada-ada dan tidak masuk akal. Kasidi sendiri merasa yakin bahwa tidak bisa dan tidak mungkin manusia yang penuh dosa inii menghujat Allah, Tuhan, dan Roh Kudus, apalagi jika masalah dampak yang dijadikan tolok ukur. 

Seseorang boleh menghujat Allah, Tuhan, dan Roh Kudus setiap hari dan sepanjang tahun tanpa henti, satu mili pun tidak ada dampaknya terhadap Allah, Tuhan dan Roh Kudus. Tri Tunggal Mahakudus ini tetap agung, mulia, kudus, dan suci, apa pun celaan, hinaan, makian, fitnahan dan hujatan ditujukan pada Mereka. 

Jika memang demikian adanya, lalu mengapa Tuhan repot-repot menurunkan Sabda mengingatkan semua orang yang percaya bahwa menghujat Allah dan Tuhan masih bisa diampuni, tetapi berani menghujat Roh Kudus maka dosanya akan kekal dan tidak diampuni? (Bukannya tidak bisa diampuni tetapi tidak akan diampuni, dan ini sangatlah berbeda, laksana bumi dan langit bedanya).

Ya nengapa Tuhan repot-repot mengingatkan semua orang yang percaya tentang masalah menghujat ini? Jawaban yang pasti benar dan tepat tentu saja hanya Tuhan yang tahu, tetapi Kasidi beranggapan Tuhan repot-repot seperti ini tujuannya satu. Mengingatkan agar kita jangan berani-berani menghujat Roh Kudus. 

Begitu juga dengan Tuhan dan Allah. Jangan berani-berani menghujat Allah, Tuhan dan Roh Kudus. Memangnya kita ini siapa sampai berani menghujat Mereka. Tuhan saja ketika turun ke dunia tidak pernah menghujat Roh Kudus, kok kita berani? Memangnya kita lebih hebat dari Tuhan? He he he ... begitu sederhana, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun