Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kasidi nomor 507 - Kebiasaan Jelek dan Kebiasaan Baik

21 Oktober 2018   09:41 Diperbarui: 21 Oktober 2018   10:23 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hypnosishealthinfo.com

Hari ini Minggu, 21 Oktober 2018. Entah mengapa hari ini terasa menyesakkan dada. Memang ada banyak kejadian di dalam hati, di dalam pikiran, maupun dalam realita sekitar, tetapi semua itu tidak bisa menyesakkan dada dan hati Kasidi yang sederhana walau kadang sok ngawur, yang periang walau kadang sok risau dan galau, yang ringan hati dan perasaan walau kadang sering kusut dan pepat seperti tertindih beban berat padahal bebannya tidak ada, yang sering begini yang sering begitu. Hanya saja yang satu ini, entah mengapa tiba-tiba saja menjadi masalah pada hari libur yang seharusnya ringan dan gembira ini,

Sudah 21 hari Kasidi bolos, jika hari ini juga dihitung bolos, dari pertemuan istimewa walau sukarela, di kelompok Doa Santa Maria lingkungan setempat. Alasannya macam-macam. Mulai dari malas, lupa, tertidur, maupun karena memang harus melakukan sesuatu yang harus dilakukan, adalah sejumlah alasan yang dicatat oleh kilas balik pikiran. 

Sialnya, atau luarbiasanya, ternyata malas menduduki peringkat pertama alasan ketidak-hadiran tersebut. Luar biasa, bukan? Malas memang kebiasaan jelek, tetapi untuk orang sekaliber Kasidi, malas seharusnya bukan jadi masalah. 

Malas itu pusatnya ada di hati dan pikiran, bukan di tempat lain. Hati dan pikiran adalah milik diri sendiri. Lalu apa susahnya mengubah 'kebiasaan jelek' ini dengan 'kebiasaan baik', yaitu tidak malas? Seharusnya tidak susah dan tidak boleh dijadikan sesuatu yang sulit, bukan? Hanya saja faktanya, sudah 21 hari bolos dan benar-benar bolos. Bukan main. Luar biasa. Angka 21 ini bukan tidak mungkin akan berubah menjadi 31 jika sebulan penuh Kasidi belum mau mengubah 'bolos' menjadi 'tidak bolos' dalam kegiatan yang walau sukarela tetapi hebat dan dahsyat luar biasa.

Seorang teman yang pernah sangat dekat, entah karena dia memang memperhatikan perilaku 'sontoloyo' ini atau sadar karena ditegur seseorang, umpamanya, menyempatkan diri bertanya seperti berikut, 'Apakah saya penyebabnya sampai bolos terus dalam kegiatan sukarela berdoa bersama ini?' Tanpa ragu dan dengan cepat dijawab 'sama sekali tidak'. Yang malas kan saya, jadi pasti bukan karena seseorang jika absen sampai 21 kali berturut-turut. Lalu apa penyebabnya, tanyanya? Jawabnya ya seperti yang sudah disampaikan di atas yaitu malas, lupa, tertidur, atau karena memang ada tugas memberi kuliah.

Pengalaman pribadi semacam ini tentu saja perlu dibagi karena bukan tidak mungkin hal serupa menimpa atau dialami bahkan oleh orang yang paling rajin sekali pun. Tiba-tiba malas. Tiba-tiba enggan datang walau pertemuannya sukarela. Tiba-tiba memutuskan untuk di rumah saja, untuk malas saja, untuk lupa saja, untuk tidur saja.

Lalu apa yang harus dilakukan mengatasi ini semua? Resep umum yang sudah sejak lama diketahui banyak orang adalah bukan mencoba menghilangkan kebiasaan jelek melainkan memperbanyak kebiasaan baik. Biarkan saja kebiasaan jelek itu tetap ada dan tidak perlu diusik, tetapi karena kebiasaan baik yang diperhatikan dan dikembangkan, yang dijadikan pusat kegiatan dan terus menerus dilakukan, maka semua kebiasaan jelek yang ada  akan tertidur. 

Biarkan saja malas tetap menjadi bagian dari hidup kita tetapi karena perhatian ditujukan pada yang rajin, dan rajin juga yang dilakukan, maka malas akan terpaksa diam lalu mungkin tertidur. Tertidur yang lama sekali.

Hanya saja, teori sederhana dan mungkin sedikit agak ngawur ala Kasidi ini ternyata sulitnya bukan main untuk direalisasikan. Kalau mudah, tentu angka bolos Kasidi tidak 21. Buktinya 21, dan bahkan mungkin 31. Jadi jelas sekali, paling tidak bagi Kasidi, membiarkan dan mengabaikan kebiasaan buruk dan memperhatikan serta melakukan kebiasaan baik, bukan hal yang mudah. Semoga dengan karunia rendah hati dan murah hati yang sejak awal dunia telah dikaruniakan secara cuma-cuma oleh Sang Mahapemurah pada semua orang dapat selalu menjadi suar penerang dalam gulitanya dunia. Kasidi no. 507 - 087853451949 -- SDA21102018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun