Mohon tunggu...
Tri Anung Anindita
Tri Anung Anindita Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau.. Just share something in my mind !!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Matilah Sebelum Anda Mati

29 Oktober 2012   05:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:16 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Baru saja saya menemukan sebuah tulisan menarik. Penulisnya adalah Simon Heighwaya. Dalam terjemahan bebas, isinya seperti berikut :

Siapakah anda sebelum anda dilahirkan di dunia? Seperti apa wajah anda sebelum orang tua anda melahirkan anda? Dapatkah anda membayangkan sosok anda ribuan tahun sebelum saat sekarang? Akan menjadi apa anda setelah anda meninggal kelak? Seribu tahun tahun kelak? Lalu siapakah anda di saat sekarang?

Jawaban atas semua pertanyaan di atas itu sama. Sekali anda tahu, maka anda akan tahu. Mengingat, ini cuma masalah mengingat. Pandanganku adalah seperti berikut : secara maya, sejak hari kita dilahirkan kita telah memainkan banyak peran. Kita mulai beradaptasi, menyesuaikan, dan mencocokkan diri. Sepanjang hidup kita akan memainkan ribuan peranan (anak, ibu, bapak, teman, kakek, pialang saham, supir bus, dsb).

Masalahnya timbul manakala kita menjadi terlalu keblinger. Kita lupa bahwa kitalah yang memainkan peranan itu. Kata “personalitas” berasal dari akar kata “persona”, yang berarti topeng. Kita mengenakan jutaan topeng yang berbeda di sepanjang hidup, menggantinya pada setiap peran, setiap kejadian.

Jeleknya, kita melakukannya tanpa sadar dan pada akhirnya melihat diri melalui mata orang lain, dari luar diri. Kita lupa bahwa kitalah orang di belakang topeng-topeng itu, yang menatap keluar. Kita membiarkan diri didorong dan ditarik menjauh dari kenyataan.

Kita akan melalui banyak pengalaman yang berbeda, tetapi kita bukanlah pengalaman-pengalaman itu. Kita adalah orang yang mengalaminya, si pelaku. Hidup ini adalah mimpi dan kita adalah sang pemimpi. Mata badai, pusat sesungguhnya.

Bila kita memikirkan diri kita sebagai sebuah peran, topeng, mimpi, ataupun pengalaman, maka cepat atau lambat gagasan ini akan menguat dan gagasan ini secara imajiner akan menjadi tembok disekeliling kita – memisahkan kita dari yang lain dan bahkan dari eksistensi itu sendiri. Inilah neraka, inilah ilusi.

Pada dasarnya ini mirip dengan menyaksikan semua yang terjadi. Melalui meditasi, menyendiri, dsb.. sehingga anda dapat meraih kilasan-kilasan mengenai diri kita/sifat kita/wajah asli kita yang sebenarnya.

Sekali saja kita dapat melakukannya, sangatlah mudah untuk melihat semua lapisan personalitas kita, hal-hal yang mempengaruhinya, dan kepalsuan-kepalsuannya. Anda dapat mengupasnya/mengulitinya seperti mengupas bawang atau mengukirnya laksana Michelangelo yang menghasilkan “angel” dari batu pualam. Tetapi muslihatnya adalah : sekali anda dapat melihatnya dan merasakan betapa beratnya hal itu, betapa menyesakkannya, betapa membebaninya… adalah mudah tuk menjatuhkannya, menyerahkannya, melepaskannya.

Inilah yang disebut “matilah sebelum anda mati”. Bagiku, inilah hal paling hakiki dalam hidup, karena dengan melakukannya anda akan mengerti apa itu cinta/kebebasan/kedamaian/tuhan/realitas/keesaan. Anda paham bahwa semua kata ini bermakna sama dan inilah hakikat dari Siapa Anda. Pada saat itu, anda telah “pulang ke rumah”.

CATATAN:



  1. Mungkin yang dimaksud oleh Mister Simon ini mirip dengan “Kenali dirimu, maka engkau kan tahu siapa Tuhanmu”. Mungkin…


  2. “Matilah sebelum anda mati” ini adalah mirip dengan perintah yang sering terngiang-ngiang di kepala saya. Inilah tugas yang kan memakan waktu seumur hidup : membunuh ego. Ke-aku-an.


Read more: http://mang-anyunk.me/ilu/1535/matilah-sebelum-anda-mati/#ixzz2Af7Z5800

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun