Tahun 2025 menjadi saksi gelombang panas ekstrem yang melanda berbagai wilayah dunia. Suhu di beberapa negara Asia dan Eropa mencapai rekor tertinggi, bahkan Indonesia pun tak luput. Di wilayah seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara, suhu permukaan bisa menyentuh angka 37--39C, meningkatkan risiko kesehatan masyarakat secara signifikan. Gelombang panas bukan lagi fenomena musiman, melainkan krisis iklim nyata yang harus dihadapi dengan kesiapan data dan teknologi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa paparan suhu ekstrem bisa memicu gangguan kesehatan serius seperti dehidrasi akut, stroke panas, serangan jantung, bahkan kematian dini. Kelompok rentan seperti balita, lansia, ibu hamil, dan penderita penyakit kronis berada dalam bahaya yang lebih besar. Oleh karena itu, sangat penting bagi kota-kota dan daerah untuk memiliki sistem pemantauan cuaca yang real-time dan akurat.
Salah satu teknologi yang kini menjadi andalan adalah AWS (Automatic Weather Station). AWS merupakan sistem pemantauan cuaca otomatis yang dilengkapi sensor untuk mencatat suhu, kelembaban, tekanan udara, curah hujan, kecepatan dan arah angin. Data dari AWS dikirim secara berkala dan real-time ke pusat data, sehingga memudahkan pengambilan keputusan cepat.
Teknologi ini terbukti efektif di berbagai daerah. Salah satu contohnya adalah instalasi AWS oleh Mertani di Bojonegoro, Jawa Timur, yang dilakukan untuk meningkatkan ketahanan iklim di daerah pertanian. AWS membantu memantau dinamika cuaca harian secara akurat, sehingga warga dan pemerintah daerah dapat merespons potensi kekeringan atau suhu ekstrem lebih cepat.Â
Data dari AWS sangat penting untuk:
Memberi peringatan dini kepada masyarakat saat suhu ekstrem terdeteksi.
Mengatur jadwal kerja luar ruangan untuk meminimalkan paparan panas.
Menyediakan dasar ilmiah untuk membangun ruang publik berpendingin (cooling center).
Merancang kota yang lebih tahan terhadap krisis iklim.
Tak hanya itu, AWS juga membantu kota-kota menyusun kebijakan jangka panjang berbasis data. Misalnya, pengembangan ruang terbuka hijau, desain bangunan yang memantulkan panas, hingga sistem transportasi umum yang beradaptasi dengan kondisi cuaca.
Menurut laporan IPCC (2021), intensitas dan frekuensi gelombang panas akan terus meningkat seiring perubahan iklim global. Maka dari itu, langkah adaptasi berbasis data seperti penggunaan AWS menjadi mutlak diperlukan. Tanpa pemantauan yang presisi, respons yang diambil akan terlambat dan berisiko tinggi bagi keselamatan masyarakat.