Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"Metode Menggapai Kebahagiaan": Ramuan Kimia Al-Ghazali bagi Pejalan Spiritual

29 Juli 2019   12:21 Diperbarui: 29 Juli 2019   12:31 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terjemah Kimiya As Sa'adah, tipis namun berbobot | Dok. pribadi

"Jika Anda menemui sesuatu kesulitan dalam memahami tasawuf, bacalah buku saya ini, yang akan membimbing Anda ke jalan yang benar, dan memberi Anda, sekurang-kurangnya, suatu kesempatan adil untuk memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang dikaruniakan oleh Allah kepada Anda." Ungkap Al-Ghazali dalam suratnya kepada Nizamuddin Fakhrul Mulk, wajiz Seljuk.

Jika keseharian Anda dipenuhi dengan narasi filsafat barat yang positifis nan materialis sehingga berujung pada pemikiran 'sebenarnya di mana Tuhan di tengah landskap luas peradaban manusia, bahkan perjalanan evolusi alam semesta sejak jutaan tahun lalu?', maka buku ini patut Anda jadikan kimia 'pembasuh' dada Anda yang membara.

Atau jika perjalanan ibadah ritual Anda terasa kering tak berbekas di hati, maka buku ini bisa dijadikan 'kimia' pendingin hati sehingga berbuah cinta bagi sesama.

Buku ini memiliki empat bab utama yang dimulai pengetahuan tentang diri, pengetahuan tentang Tuhan, pengetahuan tentang dunia ini, dan diakhiri dengan pengetahuan tentang akhirat.

Para pembaca buku 'babon' kampus-kampus humaniora di Indonesia, Filsafat Manusia karya Zainal Abidin, perlu melengkapi perpektifnya dengan bab pertama buku ini yang membahas secara singkat namun esensial tentang manusia menurut narasi wawasan Islam.

"Siapakah Anda, dari mana Anda Sekarang? Ke mana Anda pergi, apa tujuan Anda datang lalu tinggal sejenak di sini?" Dibahas secara indah oleh Sang Hujjatul Islam.

Pemahaman yang baik atas 'fakultas-fakultas' diri yang dibagi menjadi bagian jasadi, dan ruhani, menjadi pijakan awal bagaimana kita memahami diri, dan mengelola pribadi. Yang kemudian mengantarkan kita ke koridor pemahaman akan Tuhan, di bab kedua.

"Jika seseorang manusia merenungkan dirinya, ia akan tahu bahwa sebelumnya ia tidak ada." Tulis Imam Al-Ghazali yang senada dengan Alquran surat Maryam [19]: 67 yang berbunyi, "Tidakkah manusia tahu bahwa sebelumnya ia bukan apa-apa?"

Dalam bab ini Al-Ghazali paham betul dan efektif menjawab kejahilan berbagai kalangan saat memahami Tuhan, seperti kejahilan orang atheis yang menyimpulkan Tuhan itu tidak ada, kejahilan naturalis yang menganggap jiwa itu tidak ada sehingga mustahil ada akhirat, kejahilan orang munafik yang lemah iman sehingga salah memaknai 'ibadah kepada Allah',  hingga kejahilan kaum sufi ekstrem yang telah off-side memaknai rahmah dan keadilan Allah SWT.

Pembahasan kemudian berlanjut pada bab pengetahuan tentang dunia. Di sini, jelas narasi yang dikemukakan berkebalikan 180 derajat dengan narasi duniawi yang banyak dikemukakan dalam khasanah perspektif barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun