Mohon tunggu...
Tria Marsella Mile
Tria Marsella Mile Mohon Tunggu... Lainnya - a student

SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Spill The Tea Merebak di Twitter: Cyber Bullying atau Bukan?

30 Agustus 2020   14:15 Diperbarui: 28 Juli 2021   23:44 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Spill The Tea atau yang bisa diartikan juga sebagai teh tumpah merupakan sebuah cara seseorang atau sekelompok orang untuk mengungkap suatu rahasia atau informasi tentang seseorang yang baru saja melakukan kesalahan besar, yang kemudian membongkar dan menggosipkannya di laman sosial media Twitter dengan membuat sebuah thread obrolan di sana.

Tidak dipungkiri, terkadang cara ini memang bermanfaat bagi beberapa orang karena menganggap bahwa mereka telah  mengungkap suatu kejahatan dan menindak orang tersebut dengan sanksi sosial. 

Contohnya, bagaimana seseorang mengungkap seorang kriminal atau pemerkosa yang selama ini memakan banyak korban tetapi masih berkeliaran menghirup udara bebas. Juga bahkan terungkap seorang predator anak, pencuri, penipu, dan seseorang yang melakukan kejahatan di lingkungan rumah mereka tetapi tidak ada seorang pun yang berani melapor ke pihak yang berwajib.

Fenomena Spill The Tea seolah-olah sudah menjadi sebuah wadah bagi seseorang yang pernah menjadi korban dalam tindak kejahatan tetapi takut untuk mengungkapkan. 

Seperti yang sudah kita pahami, speak up atau angkat suara adalah jalan yang tepat jika kamu merasa sudah menjadi korban dalam suatu kasus kejahatan. Dan kali ini, dengan Twitter sebagai wadahnya, seseorang biasanya akan mengungkap pengalaman pribadi mereka atau orang terdekatnya sebagai bentuk pengungkapannya terhadap dunia.

Diawali dengan sebuah cuitan berisikan tema yang akan dibahas dengan sepotong kata 'a thread' yang biasa digunakan oleh orang-orang yang akan memulai sebuah cerita panjang tentang apa-apa yang dirinya atau orang disekitarnya alami. Tidak perlu menunggu waktu lama, cuitan awal ini biasanya akan langsung menarik perhatian pengguna lain. Orang-orang akan mulai menyukai atau me-retweet cuitan tersebut untuk menyebarkannya lebih luas.

Dalam hal fenomena Spill The Tea ini, pengguna lain biasanya akan memberi pendapatnya dalam masalah tertentu dan membalas dengan sebuah cuitan di dalam thread masalah. 

Mereka seolah-olah dapat merasakan bagaimana penderitaan seseorang di dalam cuitan tersebut dan mulai saling bahu-membahu meminta bantuan terhadap pihak yang berwajib. Misal, menyebarluaskan kasus dengan cara membuat hashtag tertentu agar kasus menjadi viral dan dapat dibaca oleh semua orang. Juga dengan cara mencari tahu akun sosial media pelaku dan mulai menyerangnya.

Memang, beberapa hal bisa sangat menguntungkan dalam perspektif tertentu. Namun, lama kelamaan trend ini terasa semakin janggal karena banyaknya orang yang memanfaatkan kesempatan hanya agar dirinya menjadi terkenal atau mendapatkan banyak pengikut, dengan dalih bahwa dia menjadi si pembawa berita dan mengungkap kasus yang sebenarnya tidak terlalu penting. 

Dalam kasus ini, terjadi beberapa akibat fatal karena seseorang yang membuat cuitan seolah-olah menjadi korban dalam hal tertentu, yang sebenarnya jika dari pandangan lain, pelaku tidak seratus persen salah dalam hal itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun