Wawasan Kebangsaan & Nilai-Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan dipahami sebagai cara pandang bangsa Indonesia dalam mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara, yang bersumber dari empat konsensus dasar, yaitu: Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta Bhinneka Tunggal Ika. Sejarah pergerakan nasional menjadi bagian penting dalam membentuk kesadaran kolektif tentang persatuan dan kesatuan bangsa. Dari organisasi Boedi Oetomo, Sumpah Pemuda 1928, hingga Proklamasi 17 Agustus 1945, dapat dipetik pelajaran mengenai pentingnya mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Wawasan kebangsaan juga menekankan pada pentingnya simbol negara seperti bendera Merah Putih, bahasa Indonesia, lambang Garuda Pancasila, dan lagu Indonesia Raya. Simbol simbol ini bukan hanya sekadar identitas, tetapi juga pemersatu bangsa dalam keberagaman suku, agama, budaya dan bahasa yang ada di Indonesia. ASN sebagai perekat persatuan bangsa dituntut memahami makna wawasan kebangsaan agar mampu menempatkankepentingan negara di atas kepentingan individu maupun kelompok.
Nilai Bela Negara, pengertian Bela Negara adalah tekad, sikap, serta perilaku warga negara baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman. Nilai dasar bela negara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 ayat 3, nilai dasar Bela Negara meliputi: cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia pada Pancasila, rela berkorban, dan kemampuan awal bela negara. Sejarah perjuangan bangsa, mulai dari perang gerilya melawan Belanda hingga pembentukan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), menunjukkan bagaimana nilai-nilai tersebut menjadi pondasi dalam mempertahankan kedaulatan negara. Dalam konteks kekinian, bela negara tidak hanya diartikan sebagai angkat senjata melawan penjajah, melainkan juga aktualisasi sikap disiplin, kerja keras, integritas, dan kontribusi positif ASN dalam pembangunan bangsa. Ancaman yang dihadapi Indonesia bersifat multidimensi, mulai dari ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hingga ancaman siber dan narkoba. Oleh karena itu, ASN dituntut memiliki kewaspadaan dini, semangat gotong royong, serta kemampuan adaptif untuk menjawab tantangan zaman.
Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) merupakan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kerangka dasar bagi seluruh ASN dalam melaksanakan tugasnya. Sistem ini menekankan keterpaduan antara pusat dan daerah,
birokrasi yang efektif dan efisien, serta pelayanan publik yang berorientasi pada kepentingan masyarakat. ASN sebagai penggerak utama SANKRI harus mampu mengimplementasikan nilai wawasan kebangsaan dan bela negara dalam praktik administrasi, sehingga kebijakan pemerintah dapat dijalankan secara konsisten untuk mewujudkan tujuan nasional.
Dengan SANKRI, ASN tidak hanya dituntut memahami tugas kedinasan, tetapi juga harus berperan sebagai perekat bangsa. SANKRI memastikan bahwa seluruh aparatur negara bekerja berdasarkan asas persatuan, profesionalitas, dan akuntabilitas. Dengan demikian, ASN berperan penting dalam menjaga stabilitas pemerintahan sekaligus mengawal
keberlanjutan pembangunan.
Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara memberikan pemahaman mendalam bahwa keutuhan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari peran aktif seluruh warga negara, khususnya ASN. Wawasan kebangsaan berfungsi sebagai pedoman cara
pandang dalam menghadapi dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, sedangkan nilai nilai bela negara menjadi dasar moral dan perilaku dalam menjaga kedaulatan negara. Sementara itu, SANKRI menjadi wadah dan sistem operasional yang mengikat ASN agar senantiasa bekerja berdasarkan prinsip nasionalisme, profesionalitas, dan pelayanan publik. Kesimpulannya, ASN harus mengintegrasikan wawasan kebangsaan, nilai-nilai bela negara, dan prinsip SANKRI ke dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam tugas kedinasan maupun kehidupan bermasyarakat. Dengan pemahaman ini, ASN tidak hanya menjadi pelaksana birokrasi, tetapi juga garda terdepan dalam menjaga persatuan bangsa, mengawal demokrasi, memperkuat ketahanan nasional, serta memastikan tercapainya tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam UUD 1945.
Analisis Isu Kontemporer
Analisis Isu Kontemporer bertujuan membekali Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) agar memiliki kemampuan berpikir kritis dalam memahami dan menyikapi isu-isu strategis yang berkembang baik di tingkat nasional maupun global. Modul ini menekankan pentingnya peran Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan strategis.
Isu Isu Strategis, beberapa isu kontemporer yang dihadapi bangsa Indonesia meliputi: korupsi, narkoba, terorisme, radikalisme, proxy war, pencucian uang (money laundering), perdagangan manusia, dan kejahatan siber (hoax, hate speech, cybercrime). Isu-isu tersebut berpotensi melemahkan ketahanan nasional apabila tidak diantisipasi dengan baik.
Tantangan Globalisasi. globalisasi membawa perubahan cepat dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi. Perubahan ini menghadirkan peluang sekaligus tantangan, terutama bagi ASN yang dituntut mampu menjaga netralitas, profesionalitas, dan integritas di tengah arus pengaruh asing, penetrasi teknologi digital, serta kompetisi global.
Peran ASN, ASN memiliki peran strategis sebagai perencana, pelaksana, sekaligus pengawas jalannya birokrasi. Dengan demikian, ASN diharapkan mampu menginternalisasi nilai-nilai wawasan kebangsaan, menjaga keutuhan NKRI, serta memberikan pelayanan publik yang bebas dari praktik KKN. ASN juga harus adaptif dalam merespons perubahan, membangun budaya kerja inovatif, dan meningkatkan daya saing bangsa.
Modal Insani ASN, untuk menghadapi isu kontemporer, ASN perlu memperkuat modal insani yang mencakup kecerdasan intelektual, emosional, sosial, moral, spiritual, dan kesehatan jasmani. Dengan modal ini, ASN diharapkan mampu mengambil keputusan yang
tepat, menjaga integritas, serta tetap konsisten dalam memperjuangkan kepentingan bangsa.