Suatu pagi di sebuah SMA, seorang siswa diminta menulis esai tentang globalisasi. Alih-alih membuka buku, ia mengetikkan perintah di ChatGPT. Dalam hitungan menit, esai lengkap tersaji. Gurunya butuh seminggu untuk memberi komentar, sementara AI memberi jawaban instan, kapan saja, tanpa lelah. Pertanyaan pun menggantung: apakah sekolah formal masih relevan?
AI Jadi Guru Bayangan
Generasi Z lahir di era digital, terbiasa mencari solusi cepat. AI hadir sebagai "guru bayangan" yang setia: mampu menjelaskan berbagai materi, menyesuaikan gaya belajar, dan tersedia 24 jam. Fenomena ini memikat siswa sekaligus mengkhawatirkan pendidik.
Mengapa Generasi Z Memilih AI?
1. Cepat & Efisien: AI menyajikan jawaban instan, sekolah penuh prosedur.
2. Personalisasi: AI bisa menjelaskan rumus dengan cara berbeda sesuai kebutuhan.
3. Akses Global: di desa maupun kota, selama ada internet, "guru digital" bisa hadir.
4. Relevansi Praktis: AI membantu coding, desain, hingga ide bisnis. Kurikulum formal sering tidak menyentuh keterampilan ini.
Sekolah Tetap Punya Nilai
Meski AI unggul secara praktis, sekolah punya hal yang tak tergantikan:
- Karakter & Moral: hanya manusia bisa menanamkan empati.