Angka pastinya tidak jelas karena tidak semua insiden tercatat, dan statistik yang tersedia sering kali mencampurkan kejadian rasisme dengan bentuk diskriminasi lainnya, seperti seksisme atau penghinaan terhadap komunitas LGBTQ+.
Dalam laporan terbaru dari DFB mengenai sepak bola amatir di Jerman yang dirilis tahun lalu, tercatat bahwa sekitar 900 dari 1,5 juta pertandingan terhenti akibat kekerasan atau diskriminasi, angka ini sekitar 0,07% dari total keseluruhan pertandingan amatir yang berlangsung.
Sekitar 2.500 pertandingan dilaporkan mengalami tindakan diskriminasi, yang setara dengan 0,2% dari semua pertandingan yang ada. DFB menyatakan bahwa tren ini mengalami penurunan.
Gambaran yang lebih mendalam disediakan oleh pusat pelaporan diskriminasi dalam sepak bola di Nordrhein-Westfalen, wilayah dengan jumlah penduduk tertinggi di Jerman. Selama tahun 2023, mereka mencatat 762 laporan tanpa menyertakan nama, di mana lebih dari setengahnya berasal dari kompetisi profesional. Sebanyak 46% laporan berkaitan dengan isu seksisme, sementara 29% (sekitar 220 kasus) terkait dengan rasisme.
Organisasi tersebut memperkirakan bahwa angka sebenarnya bisa jauh lebih besar, namun banyak dari mereka yang menjadi korban memilih untuk tidak melaporkan kejadian tersebut.
Apa pendapat para pendukung?
Berbagai klub dan kelompok pendukung telah aktif dalam melawan rasisme dan xenofobia selama bertahun-tahun, dan mereka sering bersinergi dengan DFB.
Namun, kejadian seperti yang terjadi di DFB-Pokal tidak dapat sepenuhnya dihindari. "Sangat mencemaskan bahwa peristiwa ini terus berulang dalam dunia sepak bola, sedangkan di olahraga lain tidak sebanyak ini," ungkap Jost Peter, ketua organisasi pendukung "Unsere Kurve."
Sumber: DWÂ
Ditolak: Idntimes
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI