Mohon tunggu...
tri apriyati
tri apriyati Mohon Tunggu... -

mahasiswa transfer S1 PGSD kebumen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Log Pembelajaran Terpadu

10 Oktober 2010   04:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:33 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Rasanya baru kemarin duduk di bangku sekolah dasar, kok tidak terasa ya ternyata sudah belasan tahun, penulis meninggalkan bangku tersebut. Mungkin, hari-hari yang lalu telah terlewat begitu indah dan menyenangkan, apalagi masa kanak-kanak. Jadi, ingin kembali menjadi kanak-kanak lagi tetapi hal itu tidaklah mungkin (Memangnya ada mesin lorong waktu beneran???).

Yang dapat penulis ingat, hanyalah hal-hal yang berkesan, yang masih terekam di otak, dan kadang-kadang memori tersebut dimunculkan kembali saat diperlukan. Penulis ingat, sering kali kita belajar tetapi kok mudah lupa ya??? Ingat hanya dalam kurun waktu tertentu, selanjutnya entah terbang kemana memori itu. Apa karena belajarnya pakai sistem hafalan, mungkin materi tersebut karena kurang dipahami penulis dan pembelajaran pada zaman dulu kurang bermakna dan tidak terekam secara optimal di otak penulis. Alternatif yang bagaimana sebaiknya oleh para guru gunakan untuk pembelajaran di dalam kelas, agar para siswa dapat belajar bermakna dan dapat terkesan pada ingatannya?

Penulis tawarkan salah satu alternative penyelenggaraan pendidikan yang berupa pembaharuan, dengan pendekatan “Pembelajaran Terpadu”. Ada empat kenyataan yang melatarbelakangi pemilihan pembelajaran terpadu, yaitu hakikat perkembangan anak secara holistik, karakteristik belajar anak, kondisi objektif dan kebutuhan, serta realitas perkembangan iptek dan situasi serba lintas (Padmono, 2010: 2-6). Pembelajaran anak SD sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan usianya, entah pada aspek apapun sehingga dalam PBM siswa dapat lebih mudah menyerap materi dan selalu terkesan dalam ingatannya. Melalui pengalaman, kehidupan, dan lingkungan, didukung tersedianya media pembelajaran yang bersifat konkret, dan adanya arahan/bimbingan/motivasi guru terhadap aktivitas kerja anak dalam pembelajaran, disertai interaksi umpan balik terhadap teman sebaya ataupun orang tua akan sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan siswa dalam belajar. Jika hal tersebut dapat berlangsung secara menyeluruh dalampelaksanaan pembelajaran dan dan mampu menjadikan satu tema sebagai sentral, maka upaya tuntutan profesionalisme guru tersebut dapat terrealisasikan sesuai kebutuhan zaman yang segalanya bersifat global. Belajar tidak hanya terbatas pada pemerolehan informasi, memahami informasi yang menyangkut proses konseksi, menggunakan secara lincah dan fleksibel sehingga terbentuk suatu wawasan yang bermakna (Padmono, 2010: 6).Menurut saya, berdasarkan berbagai pandangan tentang konsep belajar yang ada, dapat dikatakan belajar adalah suatu usaha untuk mengkonstruksi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang berlangsung secara kesinambungan dan alami. Pembelajaran di SD hendaknya mampu mengimplementasikan pembelajaran terpadu, baik secara spontan maupun terstruktur. Aspek yang perlu diperhatikan yaitu perkembangan holistik, SAVI, kesiapan guru terhadap kurikulum kelas, dan iklim belajar menuju transaksional. Oleh karena itu, siswa membutuhkan pengalaman langsung, tidak hanya teori belaka.
Berdasarkan paparan artikel “Konsep Pembelajaran/Belajar Terpadu (Seri Pembelajaran Terpadu 03)” yang ditulis oleh Dr.Y.Padmono, M.Pd dapat ditarik kesimpulan mengenai konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu itu berpusat pada satu tema tertentu agar dapat menyoroti dan mengembangkan konsep-konsep lain. Tema tersebut dikaitkan dengan kehidupan lingkungan siswa yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan perkembangannya. Pengetahuan dan ketrampilan dapat dikembangkan secara bersama-sama dan saling menguatkan, yang bertujuan agar anak dapat belajar lebih bermakna. Para siswa aktif dalam kegiatan proses pembelajaran tersebut, sedangkan guru dituntut kemampuan memlanning dan mengorganisasikan kelas, yakni mampu mengembangkan materi melalui kegiatan yang mencakup EEK (Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi).
Experiences Curriculla atau “Kurikulum Itu Pengalaman”. Maksudnya kurikulum dijadikan dasar mengajar, yang di dalamnya mencakup kegiatan yang membutuhkan keseimbangan kecerdasan interpersonal dan intrapersonal, guna berinteraksi terhadap lingkungan, kelompok, fisik, benda-benda sekitar, dan pengelolaan terhadap dirinya sendiri.
Saya rasa, anak diajari berpikir tidaklah cukup hanya dengan menghafal. Dari hafalan hanya pengetahuan yang didapat, padahal tujuan kita belajar kan juga ingin memperoleh perubahan dari aspek afektif dan psikomotorik, serta dampak pengiring yang lain. Rugi dong…..siswa-siswa. Menindak lanjuti hal tersebut, supaya siswa-siswa tidak rugi, hendaknya kita sebagai kaum pendidik mampu mengembangkan kesembilan sikap tahap pendidikan yang termuat di dalamThe National Curikulum. The National Curriculum melaporkan daftar sikap-sikap penting pada seluruh tahap pendidikan yang dikutip Fisher, antara lain: (1) keingintahuan, (2) menghargai bukti, (3) mau toleran, (4) refleksi kritis, (5) ketabahan atau ketetapan hati, (6) kreativitas dan penyelidik, (7) keterbukaan, (8) sensitive terhadap kehidupan dan lingkungan, (9) kerjasama dengan orang lain.
Berdasar sikap-sikap penting itulah keterampilan berpikir di kembangkan mencakup: (1) apa sebenarnya berpikir, (2) berpikir kreatif, (3) berpikir kritis, (4) pemecahan masalah, (5) alat-alat pengayaan, (6) filosofi untuk anak, (7) mengajar untuk berpikir dalam bahasa, matematika, dan penyeberangan antar mata pelajaran. Yuk, kita bersama menyongsong pembelajaran terpadu tersebut, baik pembelajaran di kelas rendah maupun kelas tinggi!!!!!!!

DAFTAR PUSTAKA
Y.Padmono. 2010. Buku Pegangan Mata Kuliah Pembelajaran Terpadu. FKIP UNS: Surakarta.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun