Mohon tunggu...
pramujito totok
pramujito totok Mohon Tunggu... Montir - pengamat sosial

aktif dalam pelayanan sosial di desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paskah 2020 Istimewa

5 April 2020   20:44 Diperbarui: 5 April 2020   21:16 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita semua merasa prihatin dengan pandemi yang dialami masyarakat dunia akibat merebaknya covid-19  yang menggugah rasa manusiawi kita manakala melihat dampak penyebaran virus tersebut mengakibatkan jumlah penderita dan korban virus ini jumlahnya semakin meningkat. 

Sampai sejauh ini belum ada obat manjur untuk penyembuhan, semua obat masih dalam tahap ujicoba sehingga determinasi kesembuhan lebih menngandalkan kekuatan fisik penderita. Upaya pencegahan dan penanggulangan untuk meminimalisir melalui rapid-test akurasinya masih 60% dan bilamana melalui uji laboratorium juga butuh waktu karena antrian yang panjang.

Sehingga upaya penanggulangan covid-19 cukup menguras energi, butuh waktu panjang, butuh biaya yang sangat besar, butuh keterlibatan semua pihak baik mulai dari kebijakan pemerintah pusat, pemerintah daerah untuk mencegah mobilitas manusianya dengan social distance maupun langkah isolasi wilayah.

Peran besar dunia medis kontribusinya sangat diharapkan sebagai garda terdepan karena peran utama tenaga medis inilah yang menjadi andalan untuk membantu pengawasan dan perawatan dengan berbagai  istilah OTG,  ODP, PDP dan Suspect. Dunia kesehatan juga harus mengedukasi masyarakat agar paham perlakuan dan cara untuk menjaga kesehatan masyarakat dengan pembatasan interaksi fisik atau melalui langkah mengisolasi diri di rumah. Penentu keberhasilan dalam upaya penanggulangan ini tidak hanya domain dunia medis tetapi juga butuh peran serta seluruh lapisan masyarakat termasuk didalamnya adalah lembaga keagamaan untuk mentaatinya.

Dampak ikutan akibat merebaknya covid-19 adalah banyak agenda besar keagamaan harus tunduk pada protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah ini setidaknya ada dua agenda besar keagamaan yaitu Hari Raya Paskah dan Hari Raya Idul Fitri mau tidak mau harus menyesuaikan kondisi sosial distancing mensyaratkan tidak boleh ada kerumunan massa dalam jumlah besar. 

Sebagai bukti kesetiaan dan ketaatan kita kepada Tuhan maka kita semua sudah menempuh cara berdoa melalui media online secara live streaming. Setidaknya kita disadarkan bahwa kehangatan hubungan dalam keluarga harus selalu diimbangi dengan rutinitas doa sebagai cerminan hidup orang kristen.

Refleksi theologis yang kita petik dalam konteks situasi sekarang ini adalah ada pesan tersembunyi dari Tuhan untuk kita terjemahkan bersama bahwa makna perayaan paskah di tahun 2020 ini tidak dilakukan ibadah bersama jemaat adalah rahmat dan karunia. 

Semua ini bukanlah hukuman atau cobaan Tuhan namun merupakan pesan bahwa seluruh jemaat Tuhan diajak untuk ikut merasakan PERTOBATAN, ikut merasakan JALAN SALIB KRISTUS dan INDAHNYA PENEBUSAN bahkan kita semua dihimbau untuk berdiam diri di rumah, merenungi makna hidup, merenungi makna bergereja bukanlah sekedar proformis dan terakhirnya adalah membangun rencana aksiologis bahwa hidup secara kristen itu harusnya memiliki kemampuan JEMAAT KRISTEN BERDAYA UBAH yang hari-hari ini sangat dinantikan oleh masyarakat disekitar kita. 

Hidup secara kristen itu bukanlah kehidupan tertutup atau suka menutup diri tetapi sebagai insan gereja hukumnya wajib membuka diri membuka hubungan yang harmonis terhadap masyarakat secara lintas agama, lintas ras, lintas suku dan lintas keyakinan yang lain.

Gereja memiliki tugas diakonia sebenarnya sangat sesuai untuk diterapkan pada saat seperti sekarang ini, konteksnya tidak sekedar dalam wujud sembako, namun menghadirkan terang gereja ditengah-tengah masyarakat yang membutuhkan melalui peran komunikasi yang baik. Hendaknya gereja jangan tiarap dan bersembunyi, namun menunjukkan tugas perutusannya untuk mereka yang perlu dilayani, karena sejatinya gereja itu bukan pada bangunan fisiknya namun kahehat gereja itu adalah melayani mereka yang butuh sentuhan kasih.

Sosial distancing sebagai pilihan pemerintah saat ini sebagai langkah penanggulangan bencana akan sangat membutuhkan waktu yang panjang dengan dampak sosial yang akan semakin parah dan rentan terutama bagi mereka kaum lemah, pakerja harian, pekerja lepas dan masyarakat bawah berpenghasilan kecil yang hidupnya sangat rentan terdampak oleh situasi sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun