Menikmati malam Minggu tanpa kehadiran hujan sangat ditunggu banyak orang. Sebagai kota persinggahan yang tak banyak pilihan hiburan, Kebumen sangat minim tempat kongkow. Selain alun-alun yang memang menjadi pilihan pertama, food corner di kompleks Pasar Tumenggungan dengan pemandangan Tugu Lawet adalah pilihan berikutnya.Â
Dari rumah saya sudah membayangkan akan menikmati gurihnya Soto Tamanwinangun racikan khas Pak Amat yang mangkal di pertigaan Jalan Pemuda dan Kaswari. Dengan mengayuh sepeda kesayangan, bayangan mengunyah daging menthog goreng terus menggelayut di antara kayuhan pedal.Â
Belum sampai di tempat itu, mas Pur yang hampir setiap malam menemani Pak Amat dengan angkringannya, memberi tahu kalau malam ini sedang ada pesanan. Jadi, Pak Amat absen . Agak kecewa memang, lalu berbalik arah ke warung bakmi dan capcay langganan di dekat Kelenteng Khong Hwie Kiong .Â
Sambil menunggu antrian, saya iseng melihat beragam koleksi batu akik yang dimiliki Doso selaku generasi penerus Pak Suratman Bakmi yang kondang di masanya.Â
Meski namanya Doso (sepuluh -Jawa) ternyata ia anak ke sebelas. Katanya, orang tua (Pak Suratman almarhum yang asalnya Semarang) memberi nama itu untuk mengingat satu dasawarsa Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Artinya, ia lahir di tahun 1965 harinya Rabu (tanggal persisnya bisa dikira-kira sendiri).Â
Doso semula tak pernah berpikir untuk mewarisi usaha kuliner orang tua yang pindah ke Kebumen di jaman Jepang. Menurut cerita sang kakak, Toro si suling maut dan pemberi nama komunitas seni Melubae, almarhum ayahnya adalah koki sebuah warung masakan Tionghoa yang cukup ternama di kompleks Pecinan Semarang : Gang Warung. Nama Suratman sendiri kemudian dipakai sebagai nama warung masakan Tionghoa yang sangat terkenal di Kebumen.Â
Sekitar tiga tahun, sang kakak mulai melepas Doso sebagai Suratman Muda. Nama warung yang kembali ramai dikunjungi oleh para pelanggan almarhum Pak Suratman.Â
Pada waktu-waktu tertentu, misalnya perayaan Cap Go Meh yang diadakan di Kelenteng Khong Hwie Kiong, para tamu menyempatkan diri ke warung yang disukai para warga keturunan Tionghoa dari berbagai kota besar seperti Solo, Semarang, Bandung dan Jakarta.Â
Bahkan ada juga yang bermukim di mancanegara seperti Singapura, Hongkong dan negeri Tirai Bambu RRT. Beragam alasan para pengunjung Kelenteng mampir dan menikmati menu yang disajikan oleh Warung Suratman Muda.Â
Selain capcay kuah yang jadi menu favorit saya, ada juga bakmi dan paklay. Atau nasi goreng dengan tingkat kepedasan yang tidak terlalu tinggi.Â