Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dialektika Kelas Pekerja, Perkara Upah dan Tingkat Kesejahteraan Rakyat

1 Mei 2024   06:51 Diperbarui: 1 Mei 2024   07:14 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semarak bendera Serikat Pekerja/Buruh untuk peringatan May Day (Sumber : KOMPAS.com/GARRY ANDREW )

Dialektika Kelas Pekerja, Perkara Upah dan Tingkat Kesejahteraan Rakyat

Hari Buruh Internasional yang diperingati setiap 1 Mei menjadi cermin besar bagi bangsa Indonesia. Dengan cermin itu kita bisa tahu apakah kehidupan masyarakat semakin sejahtera ditengah sumber daya alam yang melimpah dan keanekaragaman kebudayan yang seperti zamrud khatulistiwa. Serta ideologi bangsa yang diwarnai dengan nilai-nilai Pancasila.

Setiap memperingati May Day kita selalu teringat tentang dialektika kelas pekerja yang terus berjuang sejak pra kemerdekaan bangsa. Gerakan buruh telah berlangsung sebelum Indonesia Merdeka. Juga sebelum partai-partai politik yang merintis kemerdekaan bangsa terbentuk.

Presiden pertama RI Soekarno dan tokoh bangsa memperingati Hari Buruh (sumber gambar : berdikarionline.com) 
Presiden pertama RI Soekarno dan tokoh bangsa memperingati Hari Buruh (sumber gambar : berdikarionline.com) 

Perjuangan Kelas Pekerja Tak Pernah Surut

Dalam lintasan sejarah, betapa gigihnya para perintis kemerdekaan berjuang bersama kelas pekerja. Tergambar dalam buku Soekarno yang berjudul "Indonesia Menggugat", yang memberikan semangat dan memompa militansi perjuangan kelas pekerja untuk terus melawan penindasan dan perbudakan.

Bung Karno dalam buku itu juga banyak mengetengahkan hitungan ekonomi dan komparasi terkait dengan berbagai komoditas hasil bumi Indonesia yang dibawa keluar begitu saja oleh kaum kapitalis pada zaman itu.Ironisnya setelah 77 tahun Indonesia Merdeka, negeri ini belum bisa mewujudkan sistem pengupahan yang klop dengan visi para pendiri bangsa.

Dalam konteks kekinian, aksi buruh yang tergabung dalam serikat buruh/pekerja identik dengan perjuangan peningkatan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), menolak adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak oleh pihak perusahaan/pabrik, menolak outsourcing, dan masalah normatif lainnya. Apakah aksi unjuk rasa dengan turun ke jalan akan mampu memenuhi tuntutan para pekerja. Bukankah ada suatu permasalahan yang paling mendasar dan langsung bersentuhan dengan sistem kapitalisme dan oligarki itu sendiri. Kapitalisme merupakan sebuah sistem yang melahirkan langsung kaum buruh sebagai kelas pekerja.

Kelas pekerja/buruh atau proletar merupakan himpunan pekerja yang langsung bersentuhan dengan sistem kapitalisme. Ini relevan dengan apa yang dinyatakan oleh Bung Karno bahwa kaum proletar sebagai kelas adalah hasil langsung daripada kapitalisme dan imperialisme. Mereka adalah kenal dengan pabrik, kenal akan mesin, kenal akan listrik, kenal akan cara produksi kapitalisme. Sedangkan pengertian kapitalisme itu sendiri menurut Bung karno adalah, sistem pergaulan hidup yang timbul dari cara produksi yang memisahkan kaum buruh dari alat-alat produksi.Kapitalisme timbul dari cara produksi yang oleh karenanya menjadi penyebab nilai lebih tidak jatuh ke tangan kaum buruh melainkan hanya dinikmati oleh sang majikan.

Aksi buruh menolak penangguhan upah minimum. (KOMPAS/PRIYOMBODO)
Aksi buruh menolak penangguhan upah minimum. (KOMPAS/PRIYOMBODO)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun