Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Politik

Masih Adakah Totalitas Kerja Pejabat?

1 Juni 2023   22:32 Diperbarui: 1 Juni 2023   22:36 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi totalitas kerja -iStock foto

Tahapan Pemilu 2024 menyebabkan beberapa anggota kabinet dan para kepala daerah mulai sibuk diluar tugas dan tanggung jawabnya sebagai penyelenggara negara. Para menteri banyak yang aktif dalam kegiatan politik praktis di tengah situasi perekonomian yang masih riskan. Bahkan beberapa diantaranya aktif mempersiapkan diri untuk maju ke Pilpres 2024. Sudah barang tentu, para menteri dan kepala daerah tersebut berkurang perhatiannya pada tugas pokoknya.

Muncul fenomena kabinet malam dan kabinet rumahan. Mulai terlihat kementerian berpindah tempat sehingga mendistorsi fungsi dan memperlemah koordinasi antar eselon. Padahal banyak persoalan bangsa yang semakin kritis dan butuh totalitas kerja untuk mengatasinya.Kunci untuk melepaskan bangsa dari kondisi keterpurukan adalah perlunya kepemimpinan yang efektif di segala lini. Namun, kepemimpinan nasional maupun daerah yang eksis sekarang ini banyak yang tidak efektif karena kurangnya totalitas kerja. Apalagi menjelang Pemilu 2024 semangat kerja penyelenggara negara kian melorot.

Amat penting totalitas kerja dalam membenahi persoalan di pusat dan daerah. Sayangnya bangsa Indonesia belum memiliki filosofi yang kokoh tentang totalitas kerja para penyelenggara negara. Dengan mata telanjang rakyat telah melihat pejabat pemerintah pusat dan daerah selama ini terlalu sibuk dengan urusan lain diluar tugas utamanya. Selain itu juga banyak yang terjerumus kedalam gaya kepemimpinan selebritas. Gaya kepemimpinan semacam itu akan kesulitan merumuskan realitas yang sejati dan lemah dalam hal kerja detail.

Rakyat merasakan selama ini gaya kepemimpinan pusat hingga sebagian besar kepala daerah masih bersifat mediokrasi. Yakni kondisi manajemen pemerintahan yang setengah-setengah, ragu-ragu, dan kurang ada totalitas. Sifat mediokrasi pejabat negara yang serba ragu-ragu dan berputar-putar dalam lingkaran yang sempit. Dalam pergaulan bangsa-bangsa kita bisa melihat gaya kepemimpinan sebuah bangsa yang sangat progresif dalam meraih kemajuan. 

Contohnya adalah gaya kepemimpinan di Tiongkok. Yang pada era 90-an Tiongkok masih tergolong miskin dengan produk domestik bruto per kapita masih dibawah seribu dollar AS. Kini,Tiongkok telah menjadi bangsa yang kuat dan sangat berpengaruh dalam dinamika perekonomian dunia. Kejayaan Tiongkok terwujud karena adanya totalitas kerja pemerintahan dari segala lini. 

Landasan dan filosofi tentang totalitas kerja bagi pejabat di Tiongkok telah dirumuskan oleh Deng Xiaoping. Hal itu bisa kita cermati dalam sebuah buku yang berjudul "Deng Xiaoping and the Transformation of China", Karya Erra F Vogel, Profesor Social Sciences Emeritus dari Harvard yang sebelumnya Direktur Center for East Asian Research and Asia Center.

Buku tersebut juga menggambarkan perjalanan Deng Xiaoping sejak era revolusi dan tantangan yang dihadapi Deng ketika melakukan transformasi Tiongkok dari "One Country with Communism as a Single Systems and Ideology" menjadi "One Country Two Systems". 

Dimana prinsip kapitalisme bisa berjalan seiring dengan sosialisme. Para pengganti Deng yakni Jiang Zemin bersama Li Peng dan Yang Shankun semakin meneguhkan filosofi totalitas kerja para pejabat Tiongkok hingga kader partai di tingkat desa. 

Waktu membuktikan bahwa tiga sosok pengganti Deng merupakan trio pemimpin yang mampu membawa Tiongkok ke arah transformasi ekonomi yang luar biasa. Pertumbuhan ekonomi dua digit dapat terjadi secara berkesinambungan di Tiongkok. Buah dari filosofi totalitas kerja yang telah dirumuskan oleh Deng maka Tiongkok kini bisa berdansa dengan perubahan zaman di tengah perubahan lingkungan strategis dan perubahan peta geopolitik dunia.

Menghadapi tantangan era sekarang ini rakyat Indonesia membutuhkan gaya kepemimpinan yang mengelola pemerintahan penuh totalitas, progresif dan berbekal seribu akal sehingga bisa lebih cepat dan lebih detail. Pentingnya sense of detail untuk menetapkan milestones program pembangunan dengan baik lalu menjalankannya secara meyakinkan, cepat dan efisien. Secara analogi gambaran terhadap kerja detail seorang pejabat mirip dengan peran komandan penerjun payung pasukan elite yang harus cepat, detail dan teliti dalam menjalankan misinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun