Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mati Rasanya Pemimpin

30 Juni 2020   19:05 Diperbarui: 30 Juni 2020   19:12 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesuai sifatnya, pengambilan keputusan di dalam situasi krisis penuh risiko. Kebanyakan sedang dan tinggi atau sangat tinggi. Bagi pemimpin yang suka berada di zona nyaman, situasi krisis sangat tidak disukai. Kalau bisa dihindari dengan beragam cara. Saling tuding atau lempar tanggung jawab adalah favorit dengan bumbu retorika akan lebih sedap. Mengasihi diri acapkali jadi senjata andalan. 

Kejengkelan Jokowi yang tertangkap layar nampaknya telah ditahan cukup waktu. Pangkalnya miskoordinasi antar pemimpin lembaga dan sengkarut data yang tersirat dalam ungkapan siap membubarkan lembaga dan mengocok ulang komposisi personalia kabinetnya. Bahkan, kesediaan membuat Perpu atau Keppres sebagai konsekuensi mempertaruhkan reputasi politiknya adalah puncak kejengkelan lambannya kinerja para pembantu.  

Revolusi mental memang telah diluncurkan sebagai gerakan sejak periode pertama kepemimpinan Jokowi jadi RI 1. Sayangnya, program yang digadang-gadang akan mengubah perilaku segenap warga bangsa tidak jelas arah selain munculnya berita miring pemborosan anggaran. Program yang saya kira lebih tepat ditujukan para penyelenggara negara dan ASN ketimbang masyarakat umum. Apalagi di lingkungan pedesaan dan pelosok yang masih cukup kuat menjunjung tinggi kearifan lokal.

Rasa begitu penting maknanya dalam menghadapi situasi krisis baik untuk meminimalkan tingkat risiko maupun menguatkan nurani. Pemimpin yang mampu melewati masa krisis dengan baik bukan hanya menyelamatkan diri dan lingkungan. Tapi sangat mungkin mengantarkan lebih banyak orang untuk merasakan keberhasilan mengatasi masalah yang membelenggu dirinya. Muncul harapan baru untuk segera bangkit dari keterpurukan dan seterusnya. 

Pandemi Covid 19 semula memang masalah kesehatan dan keselamatan jiwa. Namun karena faktor ketidakpastian penyelesaian cukup tinggi, tingkat risikonya cenderung meningkat jika tidak ditangani secara integratif dan inovatif. Sayangnya kedua hal itu kurang fokus dalam budaya kerja birokrasi. Sehingga ego sektoral lebih menonjol ketimbang pola kerja kolaboratif yang sangat diperlukan dalam menghadapi situasi krisis. Dengan logika ini, wajar jika Jokowi merasa jengkel dan mengutarakan ancaman akan mereshuffle kabinet dan membubarkan lembaga tertentu. Wait and see. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun