Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Missing Link, Missing In Action

1 November 2009   21:00 Diperbarui: 29 Oktober 2018   04:07 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kumpulan buku sejarah Tentara Pelajar dan Wanita Pejuang Kemerdekaan Indonesia. Dokpri.

Ketua

Mr. Kasman Singodimedjo

kemudian dibentuk Bagian Pertahanan pada November 1945 melalui suatu kongres di Yogyakarta. Mengkuti perpindahan ibukota negara, IPI Bagian Pertahanan membentuk Markas Pertahanan Pelajar di Tugu Kulon/ Pakuningratan (sekarang menjadi museum TP) Yogyakarta dan mengganti namanya sebagai Tentara Pelajar. Terdiri dari 3 resimen yaitu : 1) Resimen A untuk Jawa Timur, 2) B di Jawa Tengah dan Cirebon serta 3) Resimen C di Jawa Barat. Selain itu, dibentuk pula satu Batalyon Tentara Genie Pelajar.

Karena perkembangan situasi keamanan negara yang kian tak menentu dan pembentukan Markas Besar Komando Jawa (MBKD), maka TP yang masuk dalam Kesatuan Reserve Umum (KRU) W pada akhir November 1948 berganti nama menjadi Tentara Pelajar Brigade XVII TNI. Ada 5 Detasemen yang masing-masing membawahi wilayah Jatim (I), Solo (II), Yogyakarta (III) dan Siliwangi (IV) serta  TGP (V). Di setiap wilayah dibentuk unit2 yang lebih kecil setingkat kompi, seksi dan sub seksi.

Seperti kisah2 perjuangan pada umumnya, ada nama peristiwa dan tokoh yang melegenda. Misalnya Kusni Kasdut yang menghebohkan karena marampok emas milik negara yang disimpan di Museum Nasional.  Ada juga yang hilang di telan jaman semisal pasangan Jayadi Jepang dan si Jes (Djasmin) yang sering mengeksekusi musuh2nya dengan samurai di Solo pada Agresi Belanda II 1949 .

TP memiliki sejumlah nama besar yang sudah wafat yaitu Martono (mantan Mentrans), Rusmin Nuryadin ( mantan Menhub), Imam Pratignyo (Univ. Pancasila)  dan Kusnadi Hardjasoemantri (mantan Rektor UGM) dll. Atau yang masih hidup seperti Solichin GP (PSSI), Koento Wibisono (UNS/UGM), dan Djoko Woerjo (IPB) dsb. Dari komposisi di atas, kita memperoleh gambaran bahwa mantan anggota TP ada yang berkarir di militer maupun sipil. Hal ini disebabkan oleh Penetapan Presiden RI no 4/1948 yang memberi penghargaan bagi pelajar berbakti dan SK Menhan RI No. 193/MP/50 yang intinya menawarkan pilihan untuk terus berkarir di lingkungan militer atau kembali ke bangku sekolah/ kuliah.


Pelajaran yang mungkin dapat kita petik dari mereka adalah bahwa ketika negara dalam situasi genting, kaum terdidik selalu tampil sebagai kekuatan yang khas dan memberi warna tersendiri. Sangat disayangkan, apresiasi negara/ pemerintah dan masyarakat Indonesia  terhadap TP baru sebatas pemberian nama jalan dan museum kecil. Sementara orang asing menjadikannya sebagai bahan penelitian khusus sebagaimana yang dilakukan oleh Jay Sing Yasdav, mahasiwa asal India, yang memperoleh gelar doktor sejarah (politik) di UGM karena penelitiannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun