“Perkawinan adalah milik kedua mempelai, bukan milik keluarga mereka. Putra bukan milik keluarga Putra, dan Putri bukan milik keluarga Putri.”
Kalimat ini menjadi inti moral film—sindiran halus terhadap budaya kita yang sering menjadikan pernikahan sebagai ajang prestise keluarga, bukan peristiwa batin dua manusia yang berjanji setia.
Lebih dari Sekadar Perjalanan Fisik
Secara keseluruhan, Menuju Pelaminan adalah kisah perjalanan ganda: Perjalanan fisik, dari Yogyakarta ke Pariaman, dan Perjalanan batin, dari ego menuju pemahaman, dari tuntutan menuju pengertian.
Kisah ini menegaskan bahwa menikah bukan soal pesta, tapi ujian kedewasaan. Cinta diuji bukan pada hari akad, melainkan dalam perjalanan panjang menuju ke sana—ketika kepribadian, kesabaran, dan empati saling diuji di tengah jalan.
Kesimpulan: Tonton Sebelum Bicara Soal Pelaminan
Menuju Pelaminan adalah tontonan yang wajib bagi siapa pun yang sedang bersiap membangun rumah tangga—dan bagi para orang tua yang kelak akan mengantarkan anaknya ke jenjang itu.
Film ini bukan sekadar hiburan, tapi cermin sosial. Ia menyuguhkan tawa, sindiran, dan pelajaran hidup yang terasa sangat relevan dalam budaya kita hari ini.
Menjelang pernikahan, sering kali orang sibuk menyiapkan pesta dan busana, tapi lupa menyiapkan diri. Film ini mengingatkan: “Jalan menuju pelaminan bisa lebih panjang dari akad itu sendiri.”
Sangat direkomendasikan—bukan hanya untuk ditonton, tapi untuk direnungkan dan diperbincangkan. ====
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI