Babad Wirasaba - Wilayah Wirasaba Terkait dengan Politik Pajang
Oleh Toto Endargo
Pendahuluan
Dari Babad Tanah Jawi. Di balik kisah besar perebutan kekuasaan di tanah Jawa abad ke-16, nama Wirasaba muncul sebagai salah satu saksi bisu politik Pajang. Wilayah yang kini kita kenal berada di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, ini memiliki peran menarik dalam percaturan politik antara kerajaan pusat dan daerah-daerah bawahan pada masa Sultan Hadiwijaya, atau yang lebih dikenal sebagai Jaka Tingkir, penguasa Pajang.
Kekuasaan Demak beralih ke Pajang
Cerita ini bermula setelah runtuhnya Kesultanan Demak akibat pertikaian internal. Arya Penangsang, Adipati Jipang, menuntut haknya atas takhta Demak, sementara Hadiwijaya, menantu Sultan Trenggana, menolak dan justru menegakkan kekuasaan baru di Pajang. Konflik ini pecah menjadi perang besar yang berakhir dengan tewasnya Arya Penangsang.
Sebagai pemenang, Hadiwijaya mendirikan kerajaan Pajang di pedalaman Jawa, sebuah langkah yang menggeser pusat kekuasaan dari pesisir Demak ke tanah Mataraman. Namun kemenangan ini menyisakan masalah klasik: bagaimana menjaga kesetiaan para adipati dan pejabat daerah yang sebelumnya bernaung di bawah Demak?
Wirasaba adalah Tanah Perdikan Penting
Maka, Sultan Pajang mengundang semua pengikut dan adipati ke istana. Dalam Babad Tanah Jawi, digambarkan para pengikutnya berkumpul dalam jumlah besar. Di sinilah Sultan Pajang memainkan jurus politiknya: membagi-bagikan tanah, gelar, dan kekuasaan kepada mereka yang setia. Dengan cara ini, ia berharap daerah-daerah itu tetap tunduk pada Pajang.
Babad Tanah Jawi, edisi Olthof (1941), hlm. 86