Babad Onje: Dari Anyakrapati hingga Yudantaka, Garis Terakhir Penguasa Onje
Oleh: Toto Endargo
Silsilah dalam Naskah
Di bagian penutup Punika Serat Sejarah Babad Onje, terdapat kalimat sederhana namun sarat arti:
"Kiyai embah Dipati Anyakrapati aputra embah Antinegari,
Antinegari aputra embah Jawangsa,
Jawangsa aputra embah Ngabdullah,
Ngabdullah aputra embah Sutarudin,
Sutarudin aputra Kiyai Samirudin,
Kiyai Samirudin aputra Kiyai Nur Muhammad,
Kiyai Nur Muhammad aputra Kiyai Wiryabetsari,
Kiyai Wiryabetsari maka aputra Kiyai Yudantaka,
sampun dumugi turun kaping sanga ndugine Kiyai Yuda."
Kalimat itu adalah daftar silsilah penguasa Onje dari generasi pertama hingga kesembilan. Nama pertama, Dipati Anyakrapati, diyakini sebagai anak biologis Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yang ditempatkan di Onje pada abad ke-16. Dengan menyebut nama ini, Babad Onje menegaskan bahwa Onje bukan sekadar kadipaten bawahan, melainkan cabang darah langsung dari Pajang.
Dari Adipati ke Kyai
Silsilah ini memperlihatkan pergeseran identitas Onje. Generasi pertama masih memakai gelar Dipati, gelar politik yang mengacu pada penguasa kadipaten. Namun, mulai generasi Ngabdullah, gelar berubah menjadi Kiyai. Pergeseran itu selaras dengan transformasi Onje: dari pusat kekuasaan politik menjadi pusat religius dan perdikan.
Nama-nama seperti Ngabdullah, Sutarudin, Samirudin, hingga Nur Muhammad memperlihatkan pengaruh Islam yang semakin kuat dalam garis keturunan ini.
Yudantaka, Penutup Garis
Nama terakhir dalam daftar adalah Kiyai Yudantaka. Dalam naskah disebut juga "ndugine Kyai Yuda", yang kemungkinan besar bukan tokoh lain, melainkan sebutan pendek untuk Yudantaka sendiri. Itu berarti Yudantaka adalah generasi kesembilan sekaligus penutup garis penguasa Onje.
Berhentinya silsilah di Yudantaka bisa dibaca sebagai tanda berakhirnya era "penguasa" Onje. Setelah generasi ini, Onje bukan lagi pusat kekuasaan, melainkan desa biasa dengan pekauman dan pepundhen yang dijaga. Nama Yudantaka menjadi simbol akhir sebuah babak sejarah.
Jejak Putra Pajang
Jika Anyakrapati adalah putra Sultan Hadiwijaya, maka silsilah ini menghubungkan darah Pajang langsung ke generasi terakhir Onje. Ini membuat Babad Onje bukan hanya catatan lokal, tetapi juga bagian dari mozaik besar sejarah Jawa, menandai bagaimana kebijakan politik abad ke-16 menanam garis keturunan kerajaan di daerah perbatasan.
Penutup: Ruh yang Bertahan
Dengan menutup ceritanya pada Yudantaka, Punika Serat Sejarah Babad Onje seperti ingin mengatakan: "Onje telah berubah. Dari darah raja ke hamba Tuhan." Dari Anyakrapati, putra Pajang, ke Yudantaka, generasi kesembilan, kita melihat lintasan sejarah 150 tahun Onje: kadipaten kecil yang lahir dari strategi politik, runtuh oleh arus kekuasaan besar, namun tetap bertahan sebagai desa dengan akar spiritual.
Baca juga: Membaca Situasi Awal Kadipaten Onje
Hari ini, Onje mungkin hanya sebuah desa di Purbalingga - Banyumas. Namun di balik nama dusun, pekauman, dan makam tuanya, masih bergema daftar nama itu --- garis keturunan yang menghubungkan Pajang dengan Onje, dari Anyakrapati hingga Yudantaka. ===
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI