Nama terakhir dalam daftar adalah Kiyai Yudantaka. Dalam naskah disebut juga "ndugine Kyai Yuda", yang kemungkinan besar bukan tokoh lain, melainkan sebutan pendek untuk Yudantaka sendiri. Itu berarti Yudantaka adalah generasi kesembilan sekaligus penutup garis penguasa Onje.
Berhentinya silsilah di Yudantaka bisa dibaca sebagai tanda berakhirnya era "penguasa" Onje. Setelah generasi ini, Onje bukan lagi pusat kekuasaan, melainkan desa biasa dengan pekauman dan pepundhen yang dijaga. Nama Yudantaka menjadi simbol akhir sebuah babak sejarah.
Jejak Putra Pajang
Jika Anyakrapati adalah putra Sultan Hadiwijaya, maka silsilah ini menghubungkan darah Pajang langsung ke generasi terakhir Onje. Ini membuat Babad Onje bukan hanya catatan lokal, tetapi juga bagian dari mozaik besar sejarah Jawa, menandai bagaimana kebijakan politik abad ke-16 menanam garis keturunan kerajaan di daerah perbatasan.
Penutup: Ruh yang Bertahan
Dengan menutup ceritanya pada Yudantaka, Punika Serat Sejarah Babad Onje seperti ingin mengatakan: "Onje telah berubah. Dari darah raja ke hamba Tuhan." Dari Anyakrapati, putra Pajang, ke Yudantaka, generasi kesembilan, kita melihat lintasan sejarah 150 tahun Onje: kadipaten kecil yang lahir dari strategi politik, runtuh oleh arus kekuasaan besar, namun tetap bertahan sebagai desa dengan akar spiritual.
Baca juga: Membaca Situasi Awal Kadipaten Onje
Hari ini, Onje mungkin hanya sebuah desa di Purbalingga - Banyumas. Namun di balik nama dusun, pekauman, dan makam tuanya, masih bergema daftar nama itu --- garis keturunan yang menghubungkan Pajang dengan Onje, dari Anyakrapati hingga Yudantaka. ===
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI