Mohon tunggu...
Toto Endargo
Toto Endargo Mohon Tunggu... Peminat Budaya

Catatan dan Pembelajaran Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tutur Cinatur: Gerombolan Gagak dan Jejak Gagak Putih di Karangkabur

18 Mei 2025   10:00 Diperbarui: 18 Mei 2025   12:34 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gagak Putih Karangkabur - Meta AI

Nama Ki Gagak Putih pun mulai disebut-sebut di mana-mana. Sampai suatu ketika, kabar tentangnya terdengar oleh seorang bangsawan muda dari trah Pasirluhur---Raden Andaka, cucu Raden Kamandaka, penguasa legendaris Negeri Pasirluhur.

Pertemuan di Pesanggrahan

Dalam perjalanannya menuju Onje, Raden Andaka singgah di sebuah tempat yang kini disebut Pesanggrahan, letaknya tak jauh dari Karangkabur. Di sinilah ia mendengar cerita tentang seorang pencuri sakti yang membagi hasil rampasannya kepada rakyat kecil.

Maka diaturlah pertemuan antara Raden Andaka dan Ki Gagak Putih. Sang bangsawan muda menasihatinya agar berhenti mencuri. Namun Ki Gagak Putih tidak langsung tunduk. Ia justru menantang Raden Andaka untuk adu kesaktian. "Kalau kau mampu mengalahkanku, aku akan meninggalkan dunia berandal ini," katanya.

Adu kesaktian pun berlangsung di tepi sungai. Ilmu demi ilmu dikerahkan. Hingga akhirnya, dari tubuh Ki Gagak Putih mengepul asap. Ajian Gagak Putih miliknya pun hangus, terbakar, ka-obong. Sejak saat itu, sungai tempat pertarungan itu diberi nama Kalikabong---sebuah nama yang menyimpan nyala peristiwa masa lalu.

Candi yang Terlupakan

Setelah kalah, Ki Gagak Putih tetap tinggal di Karangkabur. Di sanalah ia wafat dan dimakamkan. Penduduk setempat menyebut makamnya sebagai Pundhen Gagak Putih, atau lebih dikenal sebagai Candi Gagak Putih. Sayangnya, makam itu kini tak lagi tersisa. Hanya cerita yang tinggal.

Sampai tahun 1975, masih banyak gagak yang tinggal di rumpun bambu Karangkabur. Keberadaan mereka bahkan menjadi pertanda. Jika suara gaok terdengar nyaring, disusul oleh bunyi burung kedasih, masyarakat percaya itu adalah firasat akan datangnya kematian.

Namun zaman berubah. Bambu ditebangi, hutan dirambah, dan kerajaan gagak perlahan punah. Kini tak ada lagi suara gaok menggelegar, tak ada pula candi yang bisa disambangi.

Pamali yang Masih Menggantung

Ada kepercayaan yang masih bertahan di Karangkabur: pamali dari Ki Gagak Putih. Konon, orang yang hendak kaya raya di Pesanggrahan, tapi tak peduli pada tetangganya yang miskin, akan tertimpa musibah---sakit, bangkrut, bahkan meninggal dunia. Namun di era digital ini, semoga pamali itu tak lagi berlaku. Siapa pun yang bekerja keras dan berikhtiar berhak meraih kesuksesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun