Mengulik Sekadarnya Hal Kata "Parang" yang Menjadi Nama Motif Batik
Sedikit mengenal sekadarnya kata "parang" yang dijadikan sebagai nama motif batik, dan ternyata bisa membuka cakrawala rasa dan makna yang lebih luas dari sekadar urusan kain dan motif. Kata yang tampak sederhana ini, menyimpan riwayat panjang, baik dalam bahasa, benda, maupun kebudayaan.
Parang Rusak: Kenangan Masa Kecil
Hehe, jadi bayangan saya dulu, parang rusak itu ya artinya bendho bodhol, gobed gerang, golok yang sudah tumpul, tidak bisa lagi dipakai untuk motong kayu atau rumput. Dalam imajinasi kanak-kanak, kain batik Parang Rusak itu pasti penuh dengan gambar golok yang patah, atau minimal bergambar senjata yang sudah tidak tajam.
Eh, ternyata tidak begitu! Tidak ada gambar golok. Tidak ada gambar senjata rusak. Lho, terus kenapa namanya parang?
Parang: Dua Makna yang Tak Saling Meniadakan
Rupanya kata parang memang punya dua makna utama, dan keduanya sah dalam kamus maupun dalam tradisi tutur. Pertama, seperti saya kira dulu, parang memang bisa berarti senjata tajam seperti golok atau pedang pendek. Kata ini umum dalam bahasa Jawa maupun Indonesia.
Namun yang kedua, dan ini lebih khusus dalam dunia batik, parang diambil dari padanan kata karang---ya, batu karang yang tumbuh di laut. Dalam filosofi dan estetika batik, karang ini menjadi sumber inspirasi visual: bentuknya berkelok-kelok, berlekuk-lekuk, berulang, seperti sulur yang hidup tapi statis, keras tapi mengalir.
Motif parang dalam batik digambarkan sebagai barisan sulur pendek yang berjajar miring secara diagonal, saling menyambung seperti gelombang laut. Motif ini berulang terus, naik-turun, seperti irama pasang-surut ombak di pantai selatan. Setiap lekuknya seolah-olah membawa arah, gerak, dan kekuatan.