Kanjeng Kyai Pleret, dari Sangkuh Tulup sampai Kanjeng Kyai AgengÂ
Ini cerita tentang perjalanan pusaka Keraton Ngayogyakarta, dari awalnya saat masih disebut Sangkuh Tulup atau Tombak Biring sampai pada akhirnya menjadi Tombak Pusaka Kanjeng Kyai Pleret dan dikenal juga dengan nama Kangjeng Kyai Ageng.
Adapun bilah Tumbak Kyai Pleret adalah warisan yang berasal dari Kyai Ageng Tarub, dikenal dengan nama Kidangtelangkas. Sampai ke Kyai Ageng Tarub itu berasal dari ayahnya, yang bernama Syeh Maulana Magribi. Bilah tombak ini konon kejadiannya berawal dari putusnya alat kelamin Syeh Maulana Magribi.
Karena Malu
Menurut cerita, kisahnya diawali saat Syeh Maulana Magribi memperhatikan Dewi Rasawulan. Dewi Rasawulan itu, putri Adipati Tuban, adiknya Kanjeng Sunan Kalijaga.
Syeh Maolana dituduh melakukan kesalahan, melakukan dosa persetubuhan dengan Dewi Rasawulan. Syeh Maulana menjadi merasa sangat malu, sehingga alat kejantanannya segera ditarik sendiri sampai putus. Potongannya kemudian dicipta, diubah bentuknya hingga menjadi sebilah mata tombak.
Sangkuh Tulup
Mata tombak itu kemudian diberi pegangan panjang dari buluh tulup (bambu sumpit). Maka kemudian tombak itu dikenal dengan nama Sangkuh Tulup artinya tulup (sumpit), yang ujungnya sangat tajam, karena ada mata tombaknya.
Tombak itu kemudian diberikan kepada seorang janda di Tarub, maka namanya menjadi Nyai Randa Tarub. Nyai Randa Tarub inilah yang merawat anak Dewi Rasawulan. Karena bayi tersebut berada di desa Tarub, kelak dikenal dengan nama Joko Tarub, tapi nama awalnya adalah Kidangtelangkas.
Tombak Sangkuh Tulup dititipkan ke Nyai Randa Tarub, maksudnya adalah sebagai senjata pelindung putranya yang masih bayi. Kelak pada saatnya harus diberikan kepada Kidangtelangkas, si Jaka Tarub.