Siang itu ketika saya berjalan pulang mendaki jalan setapak sepanjang tebing kaldera menuju ke bibir kawah, Pak Sukarman, yg telah 35 tahun lamanya bekerja, mendendangkan sebuah lagu, suaranya bergema memenuhi hingga ke rongga-ronga bebatuan kawah. Saya mungkin tidak mengerti liriknya karena dinyanyikan dalam bahasa setempat, bahasa Osing, tapi dari iramanya ini adalah sebuah lagu sedih yang menghibur hati.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!