Saatnya memberi kemerdekaan berpikir bagi para siswa, sikap kritis namun mengedepankan adab dan sopan santun khas negeri kita, bukan melulu seorang murid yang hanya menerima ilmu satu arah,menumpulkan nalar bahkan untuk sekedar mengutarakan buah pendapat,secara lisan tergagap gagap.
Nilai bagus di buku raport memang membanggakan, namun saatnya kita merenung,apakah dengan nilai raport atau ijazah,apakah ilmu yang diserap siswa di bangku sekolah,selaras dengan apa yang dibutuhkan dunia kerja.
Pada dasarnya pendidikan yang berkualitas,memberi bekal pengetahuan dasar, yang membentuk karakter dan kepribadian siswa. Data katadata.co.id menyebutkan ada total siswa sekolah dasar tahun ajaran 2024/2025 di Indonesia mencapai 23,93 juta.Angka itu bertambah jika digabung dengan siswa SMP dan SMA.
Hal ini menjadi pondasi yang kokoh bagi dunia pendidikan di tanah air,karena mereka jika dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan, mencakup pengetahuan dasar serta keterampilan berpikir dan berkomunikasi.Penulis meyakini tagline Pendidikan Bermutu untuk Semua bukanlah utopia.
Ada filosofi yang terkandung, yakni setiap anak Indonesia memiliki hak kesetaraan mendapatkan pendidikan bermutu,di mana pun ia berada,selama berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, mereka berhak cerdas dan menjadi problem solving di daerah masing masing.
Proses belajar mengajar baik di pelosok terpencil dan dan daerah terluar sekali pun,sejatinya harus belajar secara layak dan aman,seperti mereka yang berada di daerah perkotaan.Paradigma baru pendidikan di abad ke 21 berbasis kreatifitas,kolaborasi dan komunikasi,dapat mereka rasakan.
Menakar Tantangan Nyata Era Digital
Bahwa teknologi adalah keniscayaan,saat ini sebagian besar siswa sekolah dasar maupun menengah,memiliki gadget adalah hal yang lumrah.Data Badan Pusat Statistik(BPS) tahun 2024 menyebutkan persentase anak usia dini menggunakan ponsel, sebesar 39,71% dan sebagian besar siswa, menggunakan ponsel untuk kepentingan sekolah dan pribadi.
Namun pada kenyataannya masih ada juga kesenjangan kemampuan, mereka yang kerap otak atik ponsel dengsn jaringan internet yang stabil, dengan mereka yang hanya memiliki ponsel biasa, ditambah infrastruktur internet yang terbatas.Mereka yang mengawali garis start teknologi yang tertinggal,akan berbeda dengan mereka yang berada di daerah yang maju secara arus komunikasi digital.
Namun bukan berarti mereka yang berada di daerah blank spot akan semakin tertinggal, api semangat terus menyala,karena para pendidik maupun siswa siswinya,tetap merupakan bagian penting berkontribusi bagi bangkitnya pendidikan di tanah air. Bahwa era digital memang berlari sangat kencang,namun meminimalkan kesenjangan akses komunikasi adalah harga mati.
Kolaborasi Ciamik Antara Guru,Orang Tua dan Siswa