Sebagai platform user generated content, keragaman suara warganya adalah kunci nyata, bahwa buah pikiran atau juga opini, memberikan pandangan berbeda dan juga menarik.Sudah beberapa kali Kompasiana membuat blog competition bertema pendidikan.Â
Tak dapat dipungkiri bahwa pendidikan berkualitas,akan berpengaruh dengan kemajuan sebuah bangsa, perlu potret utuh ekosistem pendidikan, agar generasi mendatang, tidak gagap ketika teknologi berkembang pesat, tetap membumi dengan kearifan lokal,meski berada di era digital.
Pendidikan bermutu yang menjadi cahaya kebangkitan bangsa,ketika anak bangsa,mulai dari pemangku kebijakan, para pendidik dan para pelajar,memiliki kecerdasan berpikir secara kritis,namun memiliki kemampuan inovasi tetapi tak melupakan kolaborasi.
Beruntung Kompasiana memiliki ruang berbagi untuk beropini, tetap optimis bahwa masa depan pendidikan di Indonesia,dengan segala kekurangan yang ada,tetap meyakini pendidikan di tanah air tercinta kian berkembang, menghadapi tantangan zaman.Abad 21 telah kita pijak bersama.
Pekerjaan mulia yang harus segera dibenahi,pendidikan di Indonesia yang meminimalkan kesenjangan akses dan kualitas dari berbagai daerah di Nusantara.Ada istilah populer,ganti menteri ganti kurikulum, yuk tetap konsisten,ketika menerapkan kebijakan.
Karena pergantian regulasi yang terlalu sering,hanya merepotkan sekolah,guru,orang tua dan tentu saja anak didiknya. Peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan,sangat selaras spirit kebangkitan nasional 117 tahun lalu,yuk kita bergandengan tangan,agar dunia pendidikan nasional,lebih kompetitif secara global.
Mengubah Paradigma Agar Siswa Memiliki Kemampuan Problem Solving
Bagi penulis Kompasiana bukan melulu platform menulis,namun lebih dari sekedar itu,apa lagi saat ini terbuka sekali,para siswa untuk mengeksplor kemampuan literasi,era digital memberikan ruang yang luas, bagi para siswa berbagi kecerdasan akademik, di tuangkan dalam bentuk tulisan.
Paradigma lama,jadi teringat saat dahulu bersekolah, murid menyimak pelajaran dari sang guru,acap kali kelu ketika ingin bertanya saat ada pelajaran yang tidak di mengerti,akhirnya diam dengan segumpal pertanyaan yang tak sempat ditanyakan.Belum lagi menghadapi tipikal guru yang tak segan segan melemparkan penghapus saat salah menjawab pertanyaan.