Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jangan Memunggungi Sektor Pertanian

12 Agustus 2020   21:46 Diperbarui: 12 Agustus 2020   21:41 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masa panen adalah ketika saat yang di tunggu oleh banyak petani(dokpri)

Peralatan pertanian modern memang diperlukan agar hasil lebih melimpah(dokpri)
Peralatan pertanian modern memang diperlukan agar hasil lebih melimpah(dokpri)
Mengapresiasi apa yang ingin di wujudkan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo yang berkomitmen melahirkan 2,5 juta pengusaha milenial sektor pertanian dan ini merupakan hal yang menggembirakan akan muncul petani yang usia produktifnya relatif lebih remaja, karena petani petani di era 80-90an telah beranjak menua. Saatnya yang muda mencintai sektor pertanian tanpa harus memunggungi.

Mengkolaborasi Kearifan Pranata Mangsa Dengan Saint Kekinian

Urusan bercocok tanam bagi bangsa Indonesia bukanlah hal yang baru, bahkan negeri yang kita cintai ini dikenal sebagai negara agraris, ada satu kearifan lokal yang dipunyai bangsa ini di sektor pertanian, warisan leluhur itu bernama Pranata Wangsa yang mampu membaca dan menginformasikan perubahan musim dan juga menentukan masa panen, spirit Pranata Wangsa yang mengadaptasi peredaran matahari dengan pengamatan yang seksama. Sungguh hal yang menakjubkan warisan nenek moyang kita ketika memberikan pengetahuan yang adi luhung untuk bisa bercocok tanam.

Mungkin saat ini sistem Pranata Wangsa di anggap ketinggalan zaman, padahal dari kearifan lokal tersebut berpuluh puluh tahun, petani di tanah air khususnya di pulau Jawa mampu membaca musim dengan tepat dan hasil panen pun mencukupi kebutuhan. Saatnya kini pun kita menengok ke belakang dan memahami tentang Pranata Wangsa seraya mengkolaborasikannya dengan pengetahuan modern.

Apalagi kemampuan para teknokrat pertanian di Indonesia pun nggak juga sedikit, bila saja ada kolaborasi pengetahuan bidang pertanian kuno bernama Pranata Mangsa dan di padu ilmu pertanian modern, bukan hal yang mustahil nantinya sektor pertanian di masa depan akan semakin cerah. Berharap pemangku kebijakan sektor pertanian mampu menerapkan sistem pertanian modern namun tak melupakan warisan leluhur.

Sistem Irigasi Sebagai Satu Kesatuan Dengan Pertanian

Air dan tanah adalah komponen vital di dunia pertanian, indikasi tanah yang subur dengan memiliki jumlah air yang cukup sehingga mampu menghidupkan tanaman, setiap bercocok tanam, fungsi air tak bisa dianggap remeh karena salah satu baik buruknya hasil pertanian adalah ketersedian air. Faktor irigasi menjadi penentu bagi keberlangsungan sektor pertanian, pada tahun 2018 lahan irigasi mencapai 7,2 juta hektar namun hanya 11 % saja yang mendapat jaminan air dari bendungan.

Aliran irigasi yang lancar memang diperlukan, namun seiring makin banyaknya bendungan yang di bangun, ada harapan nantinya grafik pencapaian sektor pertanian naik dan ini merupakan berita baik untuk kita semua. Irigasi memang bagian tak terpisahkan dari sektor pertanian. Program pertanian beririgasi masuk dalam Program Pembangunan Jangka Panjang yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Indonesia 2005-2025.

Bahwa ada potensi air permukaan di Indonesia sebesar 2,7 trilun meter kubik/tahun, dapat di manfaatkan 691,3 milyar kubik/tahun dan  untuk sektor irigasi mencapai 177,1 meter kubik/tahun. Selain itu pemerintah juga berkomitmen dengan kebijakan perbaikan irigasi rusak serta jaringan irigasi di 3 juta hektar sawah, pemeliharaan jaringan irigasi 8,8 juta hektar. Semoga dengan upaya tersebut baik irigasi maupun pertanian pada waktunya akan menjadi sektor yang di banggakan kita semua.

Maju terus sektor pertanian dan masa depan sumber daya alam serta sumber daya manusia akan lebih progresif seiring dengan dipergunakannya teknologi terbarukan. Yang lebih penting jangan punggungi pertanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun