Mohon tunggu...
Topeng
Topeng Mohon Tunggu... -

Seorang Pria Bertopeng, suka berteman dan cinta damai....\r\nsalam tertawa bahagia ... hahahahahahahahahahahahahahaha...

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Republik Dengkul, Politisi Ngibul, Lebih Baik Macul!!!

4 Juli 2011   01:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:57 1499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13097500111989082149

[caption id="attachment_120457" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS)"][/caption] Entah, kemasukan setan apa, semalaman si Topeng berpikir terus tentang politik. Seorang tersangka KPK masih kabur di Singapura. Ya, siapa lagi kalau bukan M. Nazarudin, anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat (PD) yang jabatan di partainya sebagai Bendahara Umum sudah pecat. Eh, sekarang umbar ancaman akan membuat negeri ini menjadi kiamat. "Nazarudin banyak pegang rahasia, siapa saja yang terlibat korupsi Wisma Atlet Sea Games XXVI di Palembang, dan korupsi dana APBN. Kalau dia buka semua, maka republik ini akan goncang, karena melibatkan banyak pihak, tidak hanya satu partai saja" ucap OC Kaligis, pengacara Nazarudin saat mengikuti acara Talk Show Jakarta Lawyer Club, semalam. Tanpa pikir panjang lagi, malam itu juga si Topeng mengirim SMS ke gurunya, Kyai Gendheng untuk memperoleh tanggapan dan saran. Hm... setelah lebih dari lima belas menit SMS terkirim, belum juga ada balasan. Hatinya tambah gelisah. Otaknya kian menjadi resah. Kini, matanya sedang tertuju pada isi berita di salah satu media online. Judulnya adalah Dituding Nazarudin, Ini Jawaban Anas. "Tuduhannya saja angkanya berubah terus, makin jelas ngarang-nya. Jaka Sembung naik ojek," kata Anas melalui pesan BlackBerry Messenger (BBM) kepada salah seorang wartawan Tempo, kemarin malam. SMS dari Anas itu sempat membuat si Topeng tertawa terpingkal-pingkal. "Apa ? Jaka Sembung naik Ojek ? Hahahahahahahahahahahaha....... Gak Nyambung, kali Jek... Hahahahahahahahaha....". Tertawa si Topeng tidak berlangsung lama, cuma beberapa saat saja. Ia terus membaca isi berita selanjutnya. Dalam pesan BBM yang dikirim beberapa waktu lalu, Nazaruddin menyatakan bahwa Anas menerima sebagian uang untuk Partai Demokrat dari Badan Anggaran yang totalnya Rp 9 miliar. Kata Nazarudin, uang yang telah dipegang oleh dirinya kemudian diserahkan kepada Mirwan Amir. Dari Mirwan uang diserahkan ke anggota Badan Anggaran dan Ketua Fraksi Demokrat, Jafar Hafsah. "Jatah Demokrat tidak diserahkan ke saya, tapi langsung ke Ketua Umum Demokrat, Anas," begitu bunyi pesan BBM Nazarudin. Tokoh lain yang dituding terlibat praktek korupsi adalah Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alifian Mallarangeng, dan anggota Komisi Olahraga Dewan Perwakilan Rakyat, Angelina Sondakh, dan politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, I Wayan Koster. Namun, semua nama yang disebut diatas telah membantah tudingan Nazaruddin. Hmm... Tawa Si Topeng di tengah malam ternyata belum mampu mendinginkan pikirannya yang kian mendidih dan hatinya yang tambah memanas. Jarum jam di dinding telah menunjuk pada pukul 00.30 WIB, berarti hampir 30 menit SMS yang telah dikirim ke Kyai Gendheng belum juga memperoleh jawaban. Lalu, ia kirim SMS susulan kepada sang guru. "Maaf, Kyai.... SMS saya mohon segera dibalas. Sebentar lagi, tulisan saya mau dipublish di Kompasiana..." demikian bunyi SMS si Topeng. Ia menunggu lagi balasan SMS dari Kyai Gendheng. Sambil menunggu, Si Topeng sempat teringat saat sang Guru pernah melarang dirinya untuk menjadi politisi. "Peng, jangan sekali-kali kamu berminat menjadi politisi. Dulu, para tokoh nasional menjadi politisi demi sebuah per-JUANG-an bangsa. Sekarang, para tokoh partai menjadi politisi demi per-UANG-an dirinya belaka". Tiba-tiba hape si Topeng menjerit, pertanda SMS baru masuk. Hmm... Si Topeng merasa senang karena Kyai Gendheng membalas SMS-nya. Segera saja, SMS balasan itu ia baca, berbunyi : "REPUBLIK DENGKUL, semua POLITISI NGIBUL, lebih baik KAMU MACUL !!!...." Si Topeng tak kuasa lagi untuk melepas tawa panjang, hingga memecah kesunyian yang dingin di tengah malam. Hahahahahahahahahahahahahahahaahahahahahahaha...... ***


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun