Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Curhatan Guru: Guru, Pendidik atau Administrator?

8 September 2022   14:14 Diperbarui: 8 September 2022   15:00 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Apakah mengahapus TKA, dan tidak lagi menganggap hasil proses KBM mata pelajaran, yang guru dan sekolahnya sibuk mengurus adminitrasinya, masuk kategori sok? Terpikirkah dampak motivasi belajar siswa di kelas yang selama ini sudah terpuruk. Kini ditambah, penguasaan materi pelajaran tidak diperlukan lagi untuk tes masuk Perguruan Tinggi (PT)? 

Bila selama ini kasusnya, siswa tidak menghargai guru karena masalahnya ada pada guru sendiri yang lemah kompetensinya. Kini, siswa pun akan tidak menghargai mata pelajaran. Padahal, penyiapan administrasi dan pelaporannya hasil belajarnya, selama ini menjadi faktor mengapa guru tidak kompeten.

Curhatan guru

Bagaimana dengan semua fakta kejadian tersebut di lapangan? Dalam beberapa hari ini wa saya dipenuhi curhatan para guru dari berbagai daerah. Apa isi curhatannya?

Ada guru yang curhat: "Dunia pendidikan Indonesia terus disibukkan oleh ramuan peningkatan kualitas pendidikan, segala macam jenis administrasi, dan pengembangan diri. Ujung-ujungnya, semua itu hanya formalitas saja. Sementara tugas guru sebagai praktisi pendidikan terabaikan penilaian secara komprehensif. Sebab, yang dinilai sebatas teoritis administrasinya. Alasannya,  suksesnya administrasi menjadi barometer suksesnya guru dalam menyampaikan teorinya." Ujar pencurhat 1. 

Pencurhat 2: "Sekedar berbagi pengalaman, saya pernah dimaki-maki pengawas karena administrasi pembelajarannya nol. Tetapi,  saat OSN Mipa, juara Matematika dan IPA-nya siswa dari kelas saya. Pertanyasn saya, Ngapain saja guru yang administrasinya sempurna?" 

"Saya juga pernah disupervisi mengajar di kelas oleh pengawas dari luar wilayah, saya harus menyiapkan RPP. Saya membuat RPP tapi saya mengajar tidak mengikuti alur RPP. Di akhir kegiatan, komentar Pengawas: ("Anda mengajar tidak sesuai RPP, tetapi praktiknya lebih bagus dari RPPnya."). 

"Saya bilang, saya mengajar tidak pernah  memakai  RPP, tetapi saya tahu, bagaimana saya harus menyampaikan materi yang saya ajarkan, dan saya sangat menguasai materi yang saya ajarkan." tambahnya.

Selanjutnya, "Saya orang yang idealis. Bila saya menguasai materi dengan benar dan baik, menguasi ilmu keguruan dengan benar dan baik, maka saya akan menyampaikan pembelajaran dan pendidikan dengan benar dan baik. Saya guru yang anti pegang RPP dan tidak pernah menyentuh buku pelajaran saat mengajar. Cukup melihat program semester, minggu ini saya harus mengajar apa?

"Saya tahu siswa menghargai upaya saya, malah saya masuk kategori guru terbaik dan guru idola. Tetapi, tetap saja yang mereka nilai adminiatrasinya. Dalam penilaian, saya kalah oleh guru yang hanya mengandalkan administrasi, bukan praktiknya. Jadi, yang nilai baik itu guru administrator, ya? Bukan guru berkualitas dan berkompeten? 

Saat coba saya gali kepada guru lain, di wilayah provinsi lain, Pencurhat 3 mengungkapkan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun