Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Musuh Utama Timnas vs Kuwait adalah Kecerdasan dan Mentalitas Pemain Sendiri

8 Juni 2022   11:47 Diperbarui: 8 Juni 2022   11:55 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Memberdayakan apa yang ada dengan sikap optimis, otak cerdas, langkah benar,   dan sepenuh hati, maka segala langkah tak sulit tergapai sesuai ekspetasi. Bila masih gagal, bangkit dan berjuang lagi sesuai hasil refleksi-instrospeksi.

(Supartono JW.07052022)

Ditarget lolos ke Babak Final Piala Asia 2023 baik via jalur Juara Grup atau menjadi salah satu runner-up terbaik dalam Kualifikasi Piala Asia 2023, belum lagi berlaga, para pemain Timnas Indonesia malah sudah bikin publik sepak bola nasional tambah pesimis, Timnas Garuda akan mampu lolos.

Rasa pesimis publik sepak bola nasional bukan tanpa alasan. Malah, saya juga dapat banyak chat yang isinya kegeraman mereka yang menyuruh para pemain dipulangkan saja ke Indonesia daripada membuat kecewa dan malu, sebab sikap dan mental pemain Timnas yang Cemen (cetek mental) hingga membuat pelatih Shin Tae-yong (STy) marah. 

Seharusnya, para pemain Timnas yang diharapkan mampu memberikan prestasi bagi sepak bola nasional, menunjukkan sikap optimis alias mental baja. Lalu, berjuang keras dengan otak yang cerdas, ditambah menampilkan teknik bermain bola yang ciamik, ditunjang fisik yang kuat.

Bila itu yang diperagakan oleh para Penggawa Garuda, sejak awal kedatangannya di Kuwait, sampai konsisten saat melakoni laga versus Kuwait, maka publik sepak bola nasional akan dapat terhibur. Kalau sudah ada sikap optomis, mental yang kuat, cerdas TIPS dalam meladeni Kuwait nanti, lalu bisa bermain cantik, menang permainan, tapi pada akhirnya kalah gol, publik pun tentu akan berpikir dan bersikap obyektif.

Ini, belum tampil saja sudah Cemen. Sikap cemennya sampai berhembus ke Indonesia dan menjadikan publik sepak bola nasional geram dan gerah atas sikap klasik pemain Indonesia. Padahal mereka punya tugas maha berat, wajib menang atas Kuwait yang ranking FIFAnya di atas Indonesia. Harus menang vs Yordania yang ranking FIFAnya jauh di atas Indonesia, dan wajib menang atas Nepal yang ranking FIFAnya di bawah Indonesia. Untuk menggapai juara Grup atau menjadi satu di antara lima runner-up terbaik.

Realistis dan optimis

Ibarat tak ada rotan akar pun jadi, tak idealnya pasukan Merah Putih yang kini dibawa STy ke Kuwait, saya melihat semua pemain seharusnya akan menjadi pemain yang menakutkan lawan saat diberikan kepercayaan turun gelanggang oleh STy. Sebab, ketiadaan Egy dan Evan Dimas yang tetap masih dianggap pemain pembeda bagi Timnas, justru menjadi kesempatan bagi pemain lain untuk dapat unjuk gigi.

STy dan publik sepak bola nasional wajib realistis dengan keberadaan pemain yang nanti akan bentrok dengan Kuwait. Realistis dengan keadaan dan sikap optimis, yakin akan menjadi senjata ampuh pasukan STy dapat meredam pasukan Kuwait yang lebih diunggulkan.

Realistis dan optimis juga menjadi senjata paling ampuh untuk mengalahkan prediksi berdasarkan catatan head to head, catatan matematis, dan catatan statistik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun