Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sikap Setengah Hati, Penghalang Tujuan

6 Juni 2022   20:09 Diperbarui: 6 Juni 2022   20:26 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Supartono JW


Usai memberikan materi ASAH OTAK kepada siswa SSB Sukmajaya dalam Latihan Reguler, Minggu (5/5/2022), salah satu orang tua siswa baru, memberikan kesannya, bahwa mencantumkan nama Sekolah di depan kata sepak bola, itu bukan untuk main-main, gaya-gaya+an, sok-sok+an, seperti yang sudah saya tulis di artikel-artikel sebelumnya.

Saya bersyukur, bahwa dalam materi Asah Otak yang sasarannya adalah untuk pengembangan otak dan pembentukan karakter siswa, Alhamdulillah para orang tua yang mendampingi putranya berlatih sepak bola, turut menjadi audien dari materi Asah Otak.

Terlebih, pagi itu, materi Asah Otak adalah "Jangan Setengah Hati". Singkatnya, orang tidak punya hati, dapat diartikan bahwa orang yang demikian biasanya tidak peduli pada kebenaran dan pentingnya amal sikap perbuatan baik, bagi manusia. Hanya mengikuti ajakan dan bujukan hawa nafsunya karena kecerdasan, kepribadian, dan imannya, terdidik salah.

Lalu, setengah hati itu? Orang yang tidak sungguh-sungguh melakukan amal sikap perbuatan baik untuk dirinya sendiri mau pun orang lain. Malas (berbuat sesuatu),
enggan, tidak sudi, tidak mau, tidak suka. Tidak menaruh perhatian, tidak mau tahu.

Dalam praktiknya, setelah siswa memahami apa itu setengah hati, maka dalam setiap bagian program latihan pada hari itu, selalu dilakukan penilaian, evaluasi, dan refleksi. Siapa siswa yang sudah menjalani program latihan TIPS sepenuh hati dan yang masih setengah hati.

Setengah hati dapat dirasakan, dilihat, diuji

Tentu, saya, kita, menjadi orang yang paling tahu tentang perilaku diri. Apakah saya, kita, termasuk orang yang tidak punya hati atau setengah hati pada diri sendiri, pada orang lain dan lain sebagainya?

Sikap tidak punya hati atau setengah hati, akan berdampak signifikan kepada apa pun yang menjadi tujuan, sasaran, target, cita-cita dll, bila terjadi pada diri sendiri, terjadi di keluarga, perkumpulan, tempat kerja, hingga pada masyarakat.

Karena sikap tidak punya hati dan setengah hati sangat membahayakan, maka sebagai contoh, dalam wadah sepak bola yang saya buat dan saya tekuni, saya tidak akan memberikan ruang bagi siapa saja yang bergabung di dalam wadah yang saya buat ini berperilaku setengah hati.

Jangankan membiarkan orang yang tidak punya hati masih bergabung dalam wadah saya ini, berbuat setengah hati saja, langsung saya minta yang bersangkutan untuk ke luar dari wadah, dari Grup. Sebab, perilaku setengah hati dapat dirasakan, dapat dilihat, dan dapat dibuktikan dengan ujian tertentu.

Itulah mengapa wadah yang saya buat dapat bertahan hingga menjelang usia ke-24 tahun. Sebab, siapa yang memang setengah hati, saya persilakan untuk tak ada dalam wadah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun