Terlebih dalam situasi politik seperti sekarang. Sangat banyak ditemukan cuitan di medsos yang justru mengesankan si pencuit memang tak cerdas intelegensi dan personaliti.
Berbeda dengan para pencuit yang memang cerdas intelegensi dan personaliti, kata-kata yang dicuit, bagian dari naskah atau skenario untuk memancing, memperkeruh, menggoreng suasana dll. Itu sangat mudah dibaca ke dalaman maksud, arah, dan sasarannya.
Keteladanan ngegas
Ngegas yang kini sering kita baca atau lihat, juga sangat kental dengan nuansa ingin mengatur atau mengubah orang lain, tak mau kalah dengan jalan pikiran orang lain, tanpa berpikir dulu, bagaimana mengubah dirinya sendiri. Menata diri sendiri. Ngegasnya, memaksakan kehendak kepada orang lain.
Lihatlah bagaimana orang-orang di parlemen dan pemerintahan ngegas. Membikin berbagai peraturan, kebijakan, mengatasnamakan rakyat padahal untuk kepentingannya mereka sendiri. Giliran dikritik, diprotes, di demo, mereka justru membela diri, ngegas tak menggubris rakyat.
Coba hitung, sudah berapa peraturan dan kebijakan, serta keiinginan mereka yang harus berjalan, dan rakyat terus jadi korban. Tapi ketika ada rakyat yang membicarakan dan mengkritik, responnya ngegas, marah.
Keteladanan ngegas terus tumbuh subur, hingga rakyat pun ikut-ikutan jadi terbiasa ngegas. Jadi, ngegas itu sekarang murah. Tidak harus punya kendaraan pribadi dulu (motor atau mobil). Ngegas cukup pakai mulut dan jari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI