Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Tak Membalas Chat?

15 Desember 2021   08:39 Diperbarui: 15 Desember 2021   08:52 2730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Manajemen yang salah, chat centang biru dimatikan, perbuatan tercela!

Ada kasus nyata lain.dalam suatu waktu, saya izin tidak dapat masuk kantor karena istri/anak saya sakit. Kepada atasan, saya izin melalui chat wa. Chatnya lengkap. Dimulai dari salam pembuka, isi chat tentang izin sekaligus tanggungjawab pekerjaan saya yang minta tolong untuk dihandel rekan lain, serta penutup chat, sekaligus mohon doa agar istri/anak saya lekas sembuh.

Tetapi apa respon atasan saya? Saya tahu chat saya dibaca, meski wa chat atasan tidak pakai centang biru. Atasan tak merespon apalagi sekadar menjawab salam dan menjawab doa saya, hingga esoknya saya kembali masuk kantor. Tapi saat masuk kantor, atasan langsung bicara pekerjaan yang saya tinggalkan karena izin, bukan kabar istri/anak saya yang sakit dulu.

Luar biasa aturan manajemen kantor tempat saya bekerja. Atasan saya yang bahkan junior saya, sampai hilang perikemanusiaannya. Padahal untuk duduk sebagai atasan, saya dukung, saya kasih suara. Selama menjadi karyawan biasa, segala hal, juga saya menjadi pendamping dan penasihatnya, sebab saya tak berminat untuk menjadi atasan, cukup tetap menjadi karyawan jelata.

Berapa banyak teman saya yang otaknya sudah dicuci oleh manajemen demi sekadar mengabaikan chat, yang bahkan di dalamnya ada ucapan salam dan permohonan doa demi urusan pekerjaan dan urusan duniawi.

Kejadian ini, tentu terjadi juga di beberapa kantor dengan atasan yang kemanusiaannya sudah tergerus oleh tanggungjawab jabatan. Maka tak menjawab chat, salam, doa, menjadi budaya yang biasa.

Parahnya lagi, sebab aplikasi chat bisa tanpa centang biru, maka si manusia yang sudah jadi atasan ini, chatnya tak menggunakan centang biru, biar dianggap sebagai orang penting, orang hebat, trah yang berbeda dll. Meski itu justru merendahkan harga dirinya sendiri.

Sayangnya, banyak karyawan dan rakyat jelata yang ikut-ukutan chatnya tak pakai centang biru. Sedih. Nalarnya di mana? Sangat tidak memanusiakan dirinya sendiri.

Menyoal tanda centang biru, KH Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym menyebut mematikan centang biru pada aplikasi berbagi pesan, wa termasuk perbuatan tercela Hal ini disampaikan oleh Aa Gym dalam video yang diunggah ke kanal YouTube tvOne berjudul "Matikan Centang Biru WhatsApp Termasuk Perbuatan Tercela," Senin (15/6/2020).

Centang biru wa adalah tanda pesan yang dikirim telah dibaca. Saat centang biru dimatikan maka pengirim tidak dapat mengetahui pesannya telah dibaca atau belum.

Sehingga menimbulkan kesan seolah-olah pesan itu tidak terbaca oleh penerimanya. Menurut Aa Gym, tindakan ini sebagai sebuah kebohongan. Maka, "Matikan Centang Biru WhatsApp Termasuk Perbuatan Tercela," Ujar Aa Gym.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun