Seperti yang sudah diduga dan diperkirakan, kini di beberapa daerah Indonesia klaster corona kembali bermunculan, di antaranya karena ada yang di bawa oleh pemudik ke kampung halaman dan menulari keluarga dan orang-orang di kampung halamannya.Ada juga lingkungan RW yang malah sudah melakukan lockdown, hanya membuka akses satu pintu masuk dan ke luar lingkungan RW, karena warganya juga positif Covid-19, ada yang meninggal, dan ada yang tertular, hingga sampai meminta masyarakatnya beribadah ramadhan di rumah masing-masing.
Sebaliknya, di layar kaca, berita tentang masyarakat yang terus berupaya mudik terus tersiar. Ribuan kendaraan plus ribuan orang juga sudah tercatat sudah di kampung halaman dan ada yang sedang menuju kampung halaman.
Sementara, di pusat-pusat perbelanjaan, pasar tradisional dan mal, suasana lebih tak terkendali, terjadi hampir di seluruh kota besar Indonesia, hingga sampai membikin para Gubernur, Bupati/Wali Kota turun ke lapangan membantu menertibkan masyarakat di pusat perbelanjaan.
Itulah fenomena nyata tentang sikap dan perilaku masyarakat kita menjelang Idul Fitri, seolah tak hirau, dunia sedang dihinggapi pandemi corona.
Ini juga salah satu identifikasi kegagalan pendidikan di Indonesia.
Tradisi di Indonesia, kalahkan akal sehat
Atas semua fakta, khususnya tentang memaksakan mudik dan memadati pusat perbelanjaan, Â sungguh membuat kita semua mengelus dada.
Ini semua terjadi, khusus di Indonesia, karena lebaran memang identik dengan mudik, halal bi halal, sungkeman, baju baru, makanan khas, kue lebaran, bingkisan lebaran, THR, hingga takbiran dll.
Sebab tradisi itu, meski dalam situasi pandemi corona, ternyata akal sehat masyarakat tetap kalah oleh tradisi-tradisi tersebut dan justru abai terhadap protokol kesehatan yang sudah digemborkan oleh pemerintah.
Kalahnya akal sehat masyarakat, yang nyata dan kini masih terus berlangsung, yaitu upaya mudik yang dilakukan oleh masyarakat dengan berbagai cara. Terlebih larangan mudik baru resmi akan berlangsung mulai tanggal 6 Mei 2021.
Setiap waktu, media pun tak henti mengupas dan melaporkan berita tentang para calon pemudik yang tak lolos dan diminta putar balik oleh petugas. Namun demikian, para pemudik yang lolos dengan berbagai cara pun tak sedikit, sebab dari hasil survei yang terpublikasi, minat masyarakat yang tetap mau memaksakan mudik masih terhitung jutaan orang.