Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Pandemi Corona, Pakai Filosofi Kecoak, Kesulitan adalah Kesempatan

26 April 2021   11:13 Diperbarui: 26 April 2021   11:26 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Untuk berhasil, kesulitan adalah kesempatan. (Supartono JW.26042021)

Pandemi corona yang terus merajalela, hingga membikin efek domino masalah di berbagai bidang, terutama kesehatan dan ekonomi, maka sangat berdampak pada mental masyarakat. 

Sebab pandemi, lalu lahir berbagai kebijakan dari pemerintah, imbasnya dalam dua tahun ini, nampak jelas masyarakat yang tak mampu mengendalikan diri, banyak yang putus asa, hilang semangat, tak optimis dan tak termotivasi, sebab upaya perekonomiannya terimbas protokol corona.

Namun, bagi masyarakat yang mampu mengendalikan diri, maka akan mampu bertahan dan survive di kondisi pandemi ini. 

Orang-orang yang tak mampu mengendalikan diri atau mampu mengendalikan diri, itu semua tergantung dari kondisi intelektual, sosial, emosional, analisis, kreatif-imajinatif, iman (ISEAKI) berkembang atau tinggi, tentu akan dapat mampu beradaptasi hingga  mudah meraih harapan dan bertahan di situasi sulit, terutama karena dilandasi oleh sikap dan keyakinan, serta optimisme sehingga terus berjuang dan pantang menyerah meraih impian. Menjadikan kegagalan sebagai keberhasilan yang tertunda, sehingga terus memiliki motivasi untuk bangkit hingga berhasil.

Contoh pejabat pemerintah

Sayang, saat masyarakat pada umumnya kini sedang bergelut dalam kesulitan di tengah pandemi dan berjuang untuk meraih kehidupan layak melalui jalur normal, ternyata di negeri ini pun disuguhkan drama-drama orang-orang yang diberikan jabatan dan kedudukan tanpa harus berjuang dan bersusah payah dalam situasi pandemi.

Sebagai contoh, mengapa dalam pemerintahan RI selalu ada kisah reshuffle kabinet? Satu di antara jawabannya adalah karena para menteri yang duduk di kabinet pemerintahan banyak yang tidak berasal dari personal yang kompeten, profesional di bidangnya dan duduk sebagai menteri tanpa melalui proses test kelaikan memegang jabatan.

Buntutnya, bagaimana tanggungjawab jabatan dan tugas dapat diemban, untuk dirinya sendiri saja tetap banyak menuai masalah hingga tak mampu amanah dengan jabatan dan tugasnya, lebih parahnya tradisi korupsi oleh mereka terus diulang seperti sudah menjadi program.

Budaya bagi-bagi kursi dan jabatan di pemerintahan RI sulit dihindari, sebab siapa pun yang terpilih menjadi pemimpin negeri tak mungkin terhindar dari kontrak antar partai pendukung dan cukong yang menjadi pemodal, sehingga tak dapat menghidar dari kewajiban bagi-bagi kursi jabatan sesuai kontrak. 

Akibatnya, siapa pun yang akhirnya dipilih masuk dalam kabinet, seolah mereka menerima jabatan gratis tanpa perlu melalui tahap proses test kelaikan jabatan yang diemban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun